Blangpidie, Acehglobal — Di tengah gempuran kemajuan teknologi yang merambah setiap sendi kehidupan, sebuah seruan penting menggema di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Seruan ini mengajak para calon pemimpin masa depan untuk kembali kepada nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan sebagai pondasi dalam membangun generasi mendatang.
“Janganlah tergiur dengan kemilau emas atau tembaga, melainkan genggam erat nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas kita,” ujar Suprian.MS, seorang wartawan senior di Blangpidie, Kabupaten Abdya, Kamis (15/5/2024).
Kekhawatiran Suprian bermula dari pengamatannya terhadap pergeseran interaksi sosial di masyarakat.
Meja kopi di warung-warung yang dulunya menjadi tempat berkumpul dan bertukar cerita kini hanya menjadi latar bagi tatapan kosong pada layar handphone.
Anak-anak pun tak luput dari jeratan digital, seharusnya bermain bersama, namun kini terkurung dalam dunia virtual. “Teknologi, yang sejatinya alat bantu manusia, kini telah menjadi penghalang,” tutur Suprian.
Kilauan teknologi, menurutnya, berpotensi mengikis nilai-nilai moral dan budaya luhur yang telah lama tertanam dalam masyarakat Aceh.
Dari sudut pandang seorang wartawan dan anak bangsa, terdapat kekhawatiran bahwa kilauan teknologi mungkin telah mengikis adab dan aqidah. Namun, masih ada harapan untuk kita selamatkan.
Namun, Suprian tidak serta merta menolak kemajuan teknologi. Ia justru mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para pemimpin, untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.
“Mari kita selamatkan nilai-nilai luhur dan kultur Aceh yang sudah mulai redup,” ajaknya. “Agar kehangatan interaksi manusia tidak hilang ditelan zaman,” tambahnya.
Seruan Suprian ini bukan hanya ditujukan kepada para pemimpin, tetapi juga kepada seluruh masyarakat Abdya. Di balik kemajuan teknologi, terdapat nilai tak ternilai yang harus dijaga dan dilestarikan bersama.
“Saya mengajak para pemimpin mari kita selamatkan nilai-nilai luhur, kultur Aceh, agar kehangatan interaksi dari terkikisnya adab dan aqidah di tengah gempuran zaman bisa terselamatkan,” pintanya.(*)