Blangpidie, Acehglobal — Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024, Dewan Dakwah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mengimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dan tidak golput dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Ajakan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Dakwah Abdya, Iin Supardi, S.S, M.E.I, melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/11/2024). Ia menekankan bahwa menggunakan hak pilih adalah bagian dari ibadah yang harus disertai dengan niat tulus kepada Allah SWT.

“Kami mengajak masyarakat Abdya untuk menggunakan hak pilih dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Hendaklah memohon petunjuk kepada Allah di saat bersalah atau tidak, perbanyak istighfar, dan bershalawat kepada Rasulullah SAW. Bertanyalah kepada ulama atau pihak yang patut dijadikan sebagai rujukan sebelum memilih pemimpin, dan pilihlah calon yang memiliki keimanan, keilmuan, akhlak, serta kemampuan memimpin,” ujar Iin Supardi.

Menurut Iin Supardi, memilih pemimpin memiliki nilai sakral dalam Islam. Pemimpin yang baik akan menjalankan tiga pilar utama, yaitu menegakkan ibadah kepada Allah SWT dengan akidah yang lurus, memenuhi kebutuhan masyarakat secara layak, dan memberikan rasa aman dari segala bentuk kekhawatiran.

Hal ini merujuk pada firman Allah dalam Surah Al-Quraisy ayat 3-4, yang artinya:
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

Ketiga pilar tersebut hanya dapat terwujud melalui kepemimpinan yang kuat, amanah, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat, serta mampu menyelesaikan segala persoalan masyarakat. Pemimpin seperti ini harus menjalankan dua fungsi utama, yaitu sebagai ulil amri dan khadimul ummah.

Sebagai ulil amri, seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas urusan masyarakat dengan menjalankan amanah sesuai tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Pemimpin harus berlaku adil, melindungi hak-hak masyarakat, terutama yang lemah, dan tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan kelompok tertentu.

“Karena itulah, ketika diangkat menjadi khalifah, Abu Bakar ra menyatakan dengan tegas bahwa “aku adalah pemimpin yang berkeinginan orang kuat menjadi lemah di hadapanku dan sebaliknya orang lemah menjadi kuat di hadapanku,” kata Iin Supardi.

Iin Supardi mengingatkan pentingnya ketaatan dan loyalitas kepada pemimpin yang amanah sebagaimana dinyatakan dalam QS An-Nisa ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” Sebaliknya, tidak ada loyalitas dan ketaatan terhadap pemimpin yang mengkhianati amanah yang telah diberikan Allah kepadanya.

Sementara itu, sebagai khadimul ummah atau pelayan masyarakat, pemimpin harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Kebijakan yang dikeluarkan harus mencerminkan kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Pemimpin yang demikian termasuk salah satu golongan yang akan dilindungi Allah SWT di hari kiamat.

“Integrasi konsep ulil amri dan khadimul ummah inilah yang menjadi kunci kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Hukum akan tegak, keadilan akan tercipta, dan kesejahteraan masyarakat akan terwujud,” jelas Iin Supardi.

“Jika para pemimpin negeri ini mau menyadari dan berusaha untuk mengamalkan pola kepemimpinan yang berjalan di atas kedua pilar tersebut, maka saya berkeyakinan bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan berjalan dengan selaras dan harmonis, sehinga berbagai macam problematika masyarakat yang ada dapat diselesaikan dengan baik,” tambahnya.

Selain itu, kata Mudir Ma’had Ibnu Sina Ger Abdya itu, merujuk dari Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Muslim dan Ad-Darim, yang artinya:

”Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun cinta kepada kamu, kamu menghormati mereka dan mereka pun menghormati kamu. Sejelek-jelek pemimpin kamu adalah yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu, kamu melaknat mereka, mereka pun melaknat kamu.”

Iin Supardi mengingatkan masyarakat agar memilih pemimpin yang sesuai dengan prinsip Islam, yaitu pemimpin yang menjadi teladan, gemar berbuat kebaikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta mendorong masyarakat untuk beribadah dan menjauhi kesyirikan.

Iin Supardi juga menegaskan bahwa segala bentuk intimidasi, ancam-mengancam, fitnah (menyebar hoax), saling menghina, teror sesama kontestan maupun masyarakat, manipulasi suara, politik uang (money politik), kekerasan hingga pertumpahan darah dalam proses Pilkada adalah haram hukumnya.

“Mari kita jaga ukhuwah Islamiyah meskipun berbeda pilihan. Pilihan boleh berbeda, tetapi persaudaraan Islam harus tetap terjaga,” tutupnya. (*)