Iklan - Scroll ke bawah untuk baca artikel
Edukasi

5 Macam Pola Pengasuhan Anak yang Harus Dihindari Orangtua

380
×

5 Macam Pola Pengasuhan Anak yang Harus Dihindari Orangtua

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (jawapan.net)

ACEHGLOBALNEWS.COM – Menjadi orang tua tidak mudah. Karena harus merawat dan membesarkan anak dengan baik, bahkan pendidikan terbaik. Namun, tanpa disadari, terkadang orang tua melakukan pola asuh yang kurang tepat, berlandaskan rasa terlalu sayang atau ingin melindungi.

Pola asuh yang kurang tepat memiliki dampak jangka panjang terhadap psikologis anak. Seperti kurangnya kepercayaan diri anak akibat disiplin yang berlebih.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Tapi jangan khawatir, semua bisa dihindari. Berikut ini 5 macam pola asuh toksik yang harus dihindari oleh orang tua.

Informasi dilansir dari akun Instagram Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Minggu (19/9/2021).

1. Displin Berlebihan

Mendisiplinkan anak memang merupakan aspek yang sangat penting dalam mengasuh anak. Tetapi disiplin berlebih justru bisa menyerang tingkat kepercayaan diri anak.

Baca Juga :   Pusing Mikirin Program Ketahanan Pangan 20 Persen di Desa? Ini Contohnya

2. Overprotektif

Overprotektif tidak hanya akan dianggap membatasi dan mengganggu, tetapi juga dapat menghambat mereka untuk mengambil segala jenis risiko dan tantangan di kemudian hari.

3. Membandingkan dengan anak lain

Ketika orang tua mulai membandingkan anak dengan orang lain, seperti saudara atau teman-temannya. Pada dasarnya orang tua seperti mengatakan kepada anak bahwa mereka tidak cukup.

Baca Juga :   Mengenal Hak, Kewajiban, Kedudukan dan Fungsi Tuha Peut

4. Memarahi di depan orang lain

Saat kamu menegur anak atau menunjukkan nada ketidaksetujuan yang tajam saat ada orang lain, anak pasti akan merasa terluka dan sedih.

5. Tidak mendengarkan anak

Ketika orang tua menutup telinga terhadap penjelasan dan permohonan anak, itu sama saja seperti mengusir mereka. Padahal, penting bagi orang tua untuk berbicara bersama anak-anaknya, bukan hanya berbicara kepada mereka. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *