“Sepeda ini sudah ikut panen dan perang. Hari ini, dia ikut ulang tahun Pidie Jaya,” ucapnya dengan suara serak dan bangga.

Panggung utama di lapangan bola kaki berubah jadi arena harapan. Panitia membagikan doorprize dari setrika hingga sepeda. Tapi hadiah terbesar pagi itu bukanlah barang. Ia adalah kebersamaan. Sesuatu yang sederhana, tapi jarang ditemukan di ruang publik hari ini.

Pidie Jaya di usia 18 tahun bukanlah kabupaten yang sempurna. Masih ada jalan rusak, pelayanan publik yang belum merata, dan PR pembangunan yang menumpuk. Tapi pagi ini, rakyatnya menunjukkan bahwa mereka tetap punya harapan. Harapan yang mengalir dalam langkah kaki, dalam peluh di pelipis, dan dalam senyum yang tak dibuat-buat.

Di tanah ini, ulang tahun bukan sekadar seremonial. Ia adalah napas kolektif untuk terus berjalan bersama. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp