Menurut data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, jumlah sapi perah di Indonesia mencapai 592.897 ekor. Namun, jumlah itu dianggap kurang sesuai karena sapi perah jantan yang tidak menghasilkan susu juga ikut dihitung. Populasi yang sebenarnya diperkirakan 300 ribuan ekor.
April 2023, Kemenperin sempat berniat mengimpor 16.000 sapi perah holstein dari Belanda. Namun rencana itu menguap.
Nanang dan Rahmat berharap, bantuan sapi perah (bila ada) disertai dengan pinjaman lunak atau subsidi. Ketua Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Dedi Setiadi, berpendapat besaran subsidi yang diperlukan sekitar 50% dari harga sapi perah impor senilai Rp 40–50 juta.
“Harus ada kebijakan pemerintah untuk menyubsidi sehingga rakyat bisa membeli sapi impor dengan harga nasional. Sapi perah rakyat di Indonesia saat ini harganya Rp 20–25 juta,” ucap Dedi.
Rochadi berpandangan, dengan kebutuhan tambahan 130 juta liter susu per tahun, butuh pengadaan sekitar 75.000 sapi perah yang disertai pendampingan. Apabila harga sapi perah impor Rp 40 juta, diperlukan anggaran Rp 3 triliun untuk pengadaan 75.000 sapi perah.
“Tapi dari mana asal sapinya? Enggak mungkin dapat dari Australia, New Zealand, atau Amerika Serikat dengan situasi penyakit [sapi di Indonesia] sekarang—ada PMK dan LSD (lumpy skin disease/cacar sapi)” kata Rochadi.
Berikutnya, Dedi mengusulkan perlunya kebijakan lahan untuk pakan sapi, sebab saat ini sekitar 70% peternak tidak punya lahan rumput untuk pakan sehingga harus menyabit rumput ke hutan/kebun teh, atau membeli rumput dari petani rumput. Sementara itu, 20% peternak punya lahan tapi tidak mencukupi. Hanya 10% sisanya yang punya lahan pakan mencukupi.