“Ini malah ajang menyerang personal, sehingga masyarakat kehilangan substansi dari tujuan ber-pilkada, hilang nilai-nilai edukasi politiknya. Yang lebih parah (kita sadari atau tidak) kita sedang merancang kehancuran sosial masyarakat kita sendiri yang terbangun dari kebencian dan rasa dendam mendalam. Untuk Zamzami, kami mengingatkan agar saudara lebih bijak dalam menyampaikan orasi,” sebut Abi Roni, sapaan akrab Roni Guswandi.

Ternyata, pernyataan Zamzami dalam orasi politiknya juga menimbulkan kemarahan dari Ketua Partai Gerindra kabupaten Aceh Selatan, Hadi Surya.

Menurut Hadi Surya, panggilan “Wen Bowo” yang disampaikan Zamzami di depan umum adalah suatu panggilan nama yang tidak pantas dia sebutkan, bahkan Zamzami menuduh kader Gerindra mengancam menangkap tim sukses yang mendukung pasangan lain.

“Kami Kader Gerindra dalam berpolitik tidak pernah dan tidak akan mengancam menangkap bagi tim sukses lawan politik,” ungkap Hadi Surya.

Hadi Surya juga mengingatkan Zamzami untuk tidak menggunakan panggilan “Wen Bowo” kepada Presiden Republik Indonesia dan jangan menggunakan penekanan kata _”kon nanggroe Ayah jih”_ dihadapan publik.

“Menurut saya hal itu sikap yang tidak beradab dan kasar dalam berpolitik. Dia akan menerima konsekuensi atas penghinaan, makian dan tuduhan mengancam menangkap tersebut” terang Hadi Surya

Hadi Surya menyebutkan, pernyataan _”kon nanggroe ayah jih”_ terhadap pemimpin sebelah yang dimaksud jelas tertuju terhadap kandidat Safaruddin yang notabanenya ayah beliau sudah almarhum. Ini jelas memancing emosi keluarga dan kerabat dekat Safaruddin, dan relawan pemenangan Safaruddin – Zaman Akli.