“Karena itu, persatuan umat adalah fondasi utama untuk menciptakan perubahan positif, termasuk dalam menghadirkan pemimpin yang adil. Tanpa persatuan, perubahan hanya menjadi angan-angan yang sulit terwujud,” ujarnya.
Tgk. H. Musannif menyampaikan perbedaan mendasar antara penguasa dan pemimpin. Penguasa sering kali terjebak dalam kekuasaan demi kepentingan pribadi, memerintah tanpa peduli pada nasib rakyat.
Sebaliknya, pemimpin sejati memandang kekuasaan sebagai amanah untuk melayani dan membawa perubahan yang berpihak pada masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR. Abu Nu’aim)
“Pemimpin yang adil tidak hanya menginspirasi dengan ucapan, tetapi juga dengan tindakan nyata. Mereka mendengar aspirasi rakyat, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, dan memastikan keadilan terwujud bagi semua kalangan,” tegasnya.
Oleh karena itu, kata Tgk. H. Musannif, memilih pemimpin tidak boleh sembarangan. Integritas, keilmuan, dan rekam jejak harus menjadi pertimbangan utama.
“Perubahan tidak akan terjadi tanpa persatuan. Umat Islam harus mengedepankan ukhuwah Islamiyah, mengesampingkan perbedaan kecil, dan fokus pada tujuan bersama: menghadirkan pemimpin yang adil dan membawa maslahat bagi umat,” tambahnya.
Dalam sejarah, kata Tgk. H. Musannif, kejayaan umat selalu terjadi ketika mereka bersatu, baik dalam pemerintahan, ekonomi, maupun dakwah.
“Semoga Allah SWT memberikan kita pemimpin yang adil dan bijaksana, serta menuntun kita menuju kejayaan Islam,” pungkasnya.(*)
Tinggalkan Balasan