Oleh: Tgk. Saidul Bariza

Maulid Nabi menjadi momentum yang sangat berharga bagi seluruh umat Islam. Perayaan ini menjadi ajang untuk mengenang jasa-jasa serta ajaran-ajaran yang telah ditinggalkan oleh beliau. Melalui perayaan ini, seluruh umat Islam diingatkan untuk menjadikan teladan beliau sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia.

Umat Islam yang teguh iman dan kecintaannya terhadap Nabi, meyakini dan mempercayai bahwa memperingati Maulid Nabi merupakan ajang untuk mengharapkan syafaat dan pahala. Berbagai dalil dan kutipan ulama disajikan dalam menguatkan argumentasi terhadap perayaan Maulid.

Salah seorang dari kalangan sufi pernah berkata;

الإحتفال بالمولد الشريف لا يحتاج إلى حديث صحيح بل يحتاج إلى قلب صحيح

Artinya,“Perayaan hari kelahiran sang insan mulia itu, tidak butuh hadist shahih, perayaan ini hanya butuh hati yang sehat.”

Dalam kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah karya Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki ( hal. 341 ) dan juga termaktub Dalam al-Mushannaf (juz 9, hal. 61) karya Imam Abu Bakr Abdurrazzaq bin Himam as-Shan’ani (w. 211 H) disebutkan;

أَنَّ أَبَا لَهَبٍ أَعْتَقَ جَارِيَةً لَهَا، يُقَالُ لَهَا ‌ثُوَيْبَةُ وَكَانَتْ قَدْ أَرْضَعَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَأَى أَبَا لَهَبٍ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَسَأَلَهُ مَا وَجَدَ؟ فَقَالَ: مَا وَجَدْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ مِنِي وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي تَحْتَ إِبْهَامِهِ فِي عِتْقِي ‌ثُوَيْبَةَ

“Dahulu, Abu Lahab memerdekakan seorang budak perempuannya yang bernama Tsuwaibah, Tsuwaibah juga pernah menyusui baginda Nabi. Suatu ketika, salah seorang famili Abu Lahab (Abbas bin Abdul Mutthalib) pernah bermimpi bertemu dengannya, lalu bertanya perihal perlakuan yang ia dapatkan di alam barunya. Abu Lahab menjawab, ‘Tak satu pun amal baik yang pernah kulakukan kecuali secuil-seraya memberi isyarah pada lekukan di bawah jempolnya-karena telah memerdekakan Tsuwaibah’.”