Jantho, Acehglobal — Seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, bahasa daerah kian terpinggirkan. Menyadari kondisi ini, Himpunan mahasiswa Aceh Besar (HIMAB) dibawah Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) mengadakan diskusi brainstorming untuk membahas upaya pelestarian bahasa daerah yang saat ini berada di ambang krisis identitas.

“Diskusi ini dilaksanakan sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga warisan budaya dan bahasa sebagai identitas masyarakat Aceh,” kata Ketua PSDM HIMAB, Musaddiq dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/9/2024).

Dalam diskusi tersebut, Ketua HIMAB, Isratullah mengatakan bahwa bahasa merupakan unsur penting yang mencerminkan budaya, nilai, dan jati diri masyarakat.

“Bahasa daerah adalah salah satu pilar kebudayaan kita. Jika kita kehilangan bahasa, kita juga kehilangan sebagian dari identitas kita sebagai masyarakat Aceh. Saat ini, banyak generasi muda yang kurang menguasai bahasa daerah karena pengaruh globalisasi. Dan malu atau gengsi berbicara bahasa aceh. Ini adalah masalah yang perlu segera kita atasi,” ujar Isratullah.

Diskusi ini juga dihadiri oleh kalangan aktivis dan pemerhati budaya. Salah satunya Ketua bidang Pendidikan HIMAB, Nibras. Ia menekankan pentingnya pendidikan bahasa daerah sejak dini di sekolah-sekolah.

“Kita perlu memasukkan kurikulum bahasa daerah di tingkat pendidikan dasar dan menengah, agar generasi muda dapat tumbuh dengan kesadaran bahwa bahasa Aceh adalah bagian dari identitas mereka yang harus dijaga,” imbuhnya.

Dalam sesi brainstorming, para peserta berdiskusi tentang berbagai strategi pelestarian bahasa daerah, mulai dari pengembangan konten digital dengan branding tidak malu berbicara dalam bahasa Aceh hingga pengajaran bahasa melalui komunitas lokal.

Beberapa peserta juga mengusulkan pembuatan aplikasi belajar bahasa daerah yang lebih interaktif dan menarik bagi generasi muda.

“Kami ingin bahasa Aceh kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” tambah Sekum HIMAB, Afdhal.

Menurut Afdhal, selain program formal di sekolah, HIMAB juga berencana mengadakan kelas bahasa Aceh di komunitas dan membuat festival budaya untuk memperkenalkan kembali bahasa daerah.

Kegiatan brainstorming ini diakhiri dengan pembentukan tim kerja yang akan merancang program-program pelestarian bahasa daerah dalam waktu dekat.

Para mahasiswa berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang konkret dalam menjaga keberlanjutan bahasa Aceh di tengah derasnya arus modernisasi.

Dengan semangat kebersamaan dan komitmen tinggi, Himpunan Mahasiswa Aceh Besar siap berperan aktif dalam menjaga bahasa daerah sebagai bagian penting dari identitas Aceh.(*)