Menanam Harapan untuk Petani Muda di Lereng Lembah Seulawah Lamtamot

Menanam Harapan untuk Petani Muda di Lereng Lembah Seulawah Lamtamot

Laporan: Redaksi | Editor: Tim Redaksi
Petani kopi di Gampong Lamtamot, Lereng Seulawah, Aceh Besar. (Foto: Acehglobal/Zulaj Rizki)

Aceh Global News | ACEH BESAR — Kabut pagi ini Kamis (13/11/2025), masih menggantung di lereng Lamtamot, Lembah Seulawah. Barisan pohon kopi yang hijau dan tumbuh rapi di lahan-lahan kecil milik warga bercampur dengan aroma tanah basah dan semerbak pohon pisang yang tumbuh di sela-sela batang kopi robusta.

Dari sanalah, di ketinggian sekitar lebih dari 400 – 2.100 mdpl di atas permukaan laut, secangkir kopi yang dinikmati jutaan orang di kota-kota besar memulai perjalanannya.

Setiap biji kopi dengan rasa segar, cenderung manis, dan aroma khasnya membuka banyak pengalaman, kenyamanan, dan harapan.

Bagi Mahfuzi (39), pagi bukan waktu untuk menikmati kopi, tapi untuk bekerja dengan biji-biji kopi itu.

Sejak matahari muncul di balik Gunung Seulawah, Mahfuzi dan petani lainnya sudah duduk di depan tampah bambu dengan tangannya yang cekatan dalam memilah biji-biji kecil berwarna coklat muda satu per satu.

Ada banyak kisah tentang perubahan, di mana secangkir kopi bisa menjadi jembatan antara modernitas dan tradisi, antara kenyamanan kota dan ketekunan di kebun.

Bagi Mahfuzi, tanah di Lamtamot ini tak benar-benar istirahat. Tempat inilah yang menjadi tempat dirinya menyaksikan pagi hari dengan matahari yang menyapa lembut, disusul kabut yang turun sebelum sore.

Sebuah tempat perkebunan kopi yang menjadi bagian dari matapencaharian masyarakat inilah menjadi pembelajaran bagi Mahfuzi dalam mengenal dunia kopi; mulai dari memetik, memilah, menjemur, hingga mengemas.

Bukan hanya soal pekerjaan ataupun rutinitas semata, melainkan bentuk perjuangan untuk tetap mandiri.

“Per kilo kopi terkadang dibayar Rp 70 ribu rupiah. Sampai Rp100 ribu,” kata Mahfuzi Sambil tersenyum kecil.

Angka itu mungkin terdengar kecil bagi sebagian orang, tapi bagi Mahfuzi, hasil kerjanya setiap hari adalah napas kehidupan untuk membantu menafkahi keluarga dan membiayai kebutuhan anak. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup