Apa sih hebatnya jika dibandingkan seorang petugas sensus apabila kita bandingkan dengan seorang guru, yang berjuang menyebarkan ilmu dalam tujuan untuk mencerdaskan bangsa? (Saya tidak membandingkan petugas sensus dengan insinyur, dokter atau pilot.
Mengapa dengan guru? Karena pada umumnya, kehidupan petugas sensus sama sederhananya seperti kehidupan seorang guru. Bisa saya katakan, profesi ini bukanlah profesi yang menjanjikan kesejahteraan, tapi akan mengajarkan kepada Anda apa artinya perjuangan).
Sederhananya, yang dilakukan petugas sensus adalah mengumpulkan data. Data ini bisa tentang apa saja. Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan adalah contoh data-data pokok yang biasa petugas sensus kumpulkan.
Selain itu, ada juga data tentang pengeluaran rumah tangga, pengalaman kerja, dan lain-lain sesuai dengan jenis Sensus atau Survey yang dijalankan seorang petugas sensus.
Dan untuk apa sih data itu dikumpulkan? Disusun untuk kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk menggambarkan suatu keadaan. Hasil dari semua sensus dan survey kemudian dijadikan dasar dalam menentukan perencanaan pembangunan dimasa depan.
Lalu, mengapa saya katakan bahwa menjadi seorang petugas sensus adalah sebuah perjuangan? Karena banyak orang yang tidak menyadari kami ada, tidak mengetahui apa yang kami kerjakan, dan untuk apa kami mengerjakannya.
Seringkali kami hanyalah dianggap orang-orang yang “kurang kerjaan” karena menanyai hal-hal kecil seperti “Apa saja yang dikonsumsi selama seminggu terakhir? Berapa liter berasnya? Sayuran apa saja yang dikonsumsi? Berapa harganya?” Itu hanyalah sebagian kecil pertanyaan dari set pertanyaan yang biasa ditanyakan petugas sensus dalam Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).