Suara paling merdu bukan yang memukau manusia, tetapi yang selaras dengan hati yang tunduk, tangan yang beramal, dan kaki yang tegak menunaikan shalat. Sebelum kita sibuk memperindah nada, mari perindah ritme hidup dengan ketaatan. Sebelum kita kagum pada bacaan orang lain, mari introspeksi bacaan dan ibadah sendiri. MTQ ke-37 sudah berlalu, MTQ ke-38 menanti. Semoga setiap getaran suara yang dilantunkan bukan sekadar memukau telinga, tetapi benar-benar menumbuhkan iman, membentuk taat, dan meneguhkan takwa.
Jangan sampai suara emas menjadi semacam hiasan kosong: indah di telinga manusia, tapi mati di hati. Jangan sampai kemenangan di panggung menjadi simbol yang menipu: dipuji manusia, tapi Allah menyaksikan ketidaktaatan. Kita harus menohok diri sendiri: tilawah indah tanpa amal adalah lukisan tanpa jiwa, musik tanpa pesan, gema yang hanya membuat kita lupa pada panggilan shalat yang menunggu.***
Penulis adalah Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam, STIT Muhmmadiyah Aceh Barat Daya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan