Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia.
Penentuan awal Ramadhan selalu menjadi momen penting yang diiringi dengan berbagai tradisi dan ritual.
Di Indonesia, penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan mempertimbangkan dua metode, yaitu hisab dan rukyat.
Mari kita selami lebih dalam kedua metode ini!
Metode Hisab
Hisab adalah metode perhitungan astronomis untuk menentukan posisi bulan.
Dalam Islam, hisab digunakan untuk memprediksi kapan bulan baru akan muncul, yang menandakan awal bulan baru dalam kalender Hijriah.
Hisab, metode perhitungan astronomis, mencermati posisi bulan dan matahari. Berbagai organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, menggunakan hisab hakiki wujudul hilal.
Metode ini memperhitungkan:
1. Ijtimak: Posisi bulan dan matahari berada pada garis bujur yang sama.
2. Tinggi Hilal: Ketinggian bulan di atas ufuk saat matahari terbenam.
3. Elongasi: Sudut antara bulan dan matahari.
Berdasarkan perhitungan hisab Muhammadiyah, 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.
Metode hisab memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Akurasi: Hisab dapat memprediksi posisi bulan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Efisiensi: Hisab dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, tanpa memerlukan pengamatan visual.
Objektivitas: Hisab tidak bergantung pada faktor cuaca atau kondisi pengamatan.
Namun, metode hisab juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Ketidakpastian: Hisab tidak dapat memastikan secara pasti kapan bulan baru akan terlihat.
Perbedaan pendapat: Ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang metode hisab yang tepat.
Metode Rukyat
Rukyat merupakan metode tradisional mengamati hilal (bulan sabit) di ufuk barat setelah matahari terbenam. Pengamatan dilakukan oleh para ahli falak di berbagai lokasi di Indonesia.