Beda halnya dengan tabi’in yang sudah mendapat peninggalan para sahabat, serta memang pada masa akhir sahabat, para sahabat mulai bertebaran mengajarkan hadits sehingga mempermudah para tabi’in.

Pada masa Tabi’in, perkembangan Hadits sudah ke tahap pengumpulan Hadits (Al-Jumu’ah wat Tadwin). Namun pada masa ini, banyak terjadi kerusakan dalam penulisannya.

Karakter penulisannya rusak dimana terjadi percampuran antara Hadits Nabi, fatwa serta aqwal sahabat. Serta model pembukuannya sudah mulai berkembang, dimana sudah terdapat model pembukuan baru selain Shahifah, yakni Mushannaf, Muwatha’, Musnad dan Jami’.

4. Periode Perkembangan Hadits di Masa Tabi’-tabi’in

Tabi’-tabi’in adalah masa setelah wafatnya tabi’in terakhir yang bertemu sahabat. Masa Tabi’-tabi’in ini dikenal dengan masa kejayaan kodifikasi Hadits (Azha’ Al-Ushur Sunnah).

Pada masa ini, filterisasi dan klasifikasi Hadits mulai dilakukan demi membersihkan Hadits dari kerusakan seperti tercampurnya dengan fatwa dan aqwal sahabat seperti yang sudah terjadi. Adapun untuk model pembukuan di masa ini, Kitab Musnad, Jami’ dan Sunan adalah model pembukuan yang terhasil.

5. Periode Perkembangan Hadits di Masa Setelah Tabi’ Tabi’in (Abad II-saat ini)

Perkembangan Hadits yang terjadi semenjak abad II hingga saat ini, sudah sangat pesat. Hadits sudah masuk kepada masa dimana penghimpunan, dan penyusunan serta penertiban Hadits dilakukan secara sistematik (Al-Jam’u wat Tartib wat Tanzhim).

Adapun untuk karakteristik penulisannya, Hadits hampir keseluruhannya diambil dari kitab-kitab sebelumnya, namun lebih sistematik. Terakhir, untuk model pembukuannya, Mu’jam, Mustadrak, Mustakhraj, Ikhtisar dan Syarah adalah model-model pembukuan yang sudah ada sampai saat ini.