Ulaanbaatar, Acehglobal — Perdana Menteri Mongolia, Luvsannamsrai Oyun-Erdene (44), resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah kehilangan dukungan parlemen serta dihantam gelombang kritik publik terkait gaya hidup mewah putranya yang viral di media sosial.

Dilansir kompas.com, pengunduran diri Oyun-Erdene diumumkan pada Selasa (3/6/2025), hanya sehari setelah parlemen Mongolia menggelar pemungutan suara atas mosi kepercayaan yang diajukannya.

Hasilnya, hanya 44 dari 126 anggota parlemen yang menyatakan dukungan. Jumlah tersebut jauh dari ambang batas mayoritas yang dibutuhkan agar tetap bisa memimpin.

“Pemerintah tidak lagi memiliki kekuatan untuk memimpin,” ujar Oyun-Erdene dalam pernyataan resminya, seraya menyatakan kebanggaannya telah mengabdi kepada rakyat Mongolia.

Tekanan terhadap Oyun-Erdene memuncak setelah gaya hidup putranya yang berusia 23 tahun menjadi sorotan publik. Video pertunangan mewah yang menunjukkan penyewaan hotel bintang lima serta penggunaan barang-barang bermerek memicu kemarahan di tengah kondisi ekonomi rakyat yang kian terjepit.

Warga mempertanyakan dari mana asal kekayaan keluarga Oyun-Erdene, mengingat sang perdana menteri selama ini dikenal berasal dari keluarga sederhana di pedesaan. Publik pun menilai gaya hidup anaknya mencerminkan kesenjangan sosial yang makin melebar di negara tersebut.

“Tanpa sumber penghasilan yang jelas, gaya hidup mereka, dari tas mewah, helikopter pribadi, hingga pesta eksklusif, terasa seperti ejekan bagi rakyat,” ujar Amina (nama samaran), salah satu warga Mongolia.

Menurut Amina, kehidupan rakyat Mongolia kini makin sulit karena tekanan ekonomi dan tingginya beban pajak yang harus ditanggung masyarakat.

“Banyak warga harus menyisihkan hampir separuh penghasilan hanya untuk membayar pajak. Biaya hidup melonjak, dan orang-orang kini hidup dari utang ke utang,” tambahnya.

Keputusan Oyun-Erdene mundur juga menandai keruntuhan koalisi pemerintahan yang dibentuk sejak Juli tahun lalu. Koalisi ini sebelumnya terdiri dari Partai Rakyat Mongolia serta dua partai oposisi, yang terpaksa bergabung karena hasil pemilu tidak menghasilkan mayoritas absolut.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp