Jakarta – Rusia berencana membangun pembangkit listrik di Bulan pada 2036 mendatang. Proyek ambisius ini disiapkan untuk mendukung program eksplorasi jangka panjang Rusia di satelit alami Bumi tersebut, sekaligus memperkuat kehadiran manusia di luar angkasa.
Rencana pembangunan pembina listrik itu dikutip dari kantor berita Turki Anadolu, Sabtu (27/12/2025).
Badan antariksa Rusia, Roscosmos, menyebut pembangkit listrik tersebut akan menjadi sumber energi utama bagi berbagai misi eksplorasi yang sedang disiapkan.
Menurut Roscosmos, pembangkit listrik di Bulan nantinya akan memasok energi untuk wahana penjelajah, observatorium ilmiah, serta mendukung infrastruktur Stasiun Riset Bulan Internasional yang tengah dirancang bersama mitra global.
“Proyek ini merupakan langkah penting menuju pembentukan stasiun ilmiah permanen di Bulan dan peralihan dari misi satu kali ke eksplorasi Bulan jangka panjang,” kata Roscosmos dalam pernyataannya, Rabu (25/12).
Selain pembangunan pembangkit listrik, Roscosmos juga merancang sejumlah program pendukung, meliputi pengembangan wahana antariksa, pelaksanaan uji coba eksperimental berbasis darat, pengujian penerbangan, hingga pembangunan infrastruktur di permukaan Bulan.
Roscosmos menyebut proyek ini telah memasuki tahap konkret. Pada Desember 2025, badan antariksa Rusia itu menandatangani kontrak dengan Lavochkin Association untuk mengerjakan proyek pembangunan pembangkit listrik di Bulan hingga 2036.
Sementara itu, kantor berita Rusia Interfax sebelumnya melaporkan bahwa Rusia dan China juga merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bulan. Rencana tersebut disampaikan Kepala Roscosmos Yury Borisov pada 3 Maret 2024.
Menurut Borisov, Rusia dan China berencana mengirimkan serta merakit PLTN di Bulan pada periode 2033 hingga 2035. PLTN dinilai sebagai solusi paling realistis untuk menopang aktivitas jangka panjang di Bulan.
Keberadaan PLTN dianggap krusial karena malam hari di Bulan berlangsung selama sekitar 14 hari di Bumi. Kondisi tersebut membuat panel surya dinilai tidak cukup untuk menghidupkan stasiun riset secara permanen. (*)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan