Dari perspektif agama, situasi ini mengingatkan kita pada firman Allah SWT:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2).
Kepanikan akibat listrik yang tidak stabil dan harga sembako melonjak menjadi ujian nyata bagi prinsip ini. Apakah kita tetap saling menolong, berbagi, dan menjaga keadilan dalam distribusi kebutuhan pokok, atau menyerah pada ego dan keserakahan? Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad).
Di tengah antrean minyak dan harga sembako yang melambung, sabda ini menjadi pengingat: sementara sebagian orang panik dan menimbun, yang lain tetap bisa berbagi dan menegakkan kepentingan kolektif di atas keuntungan pribadi. Sosok pemilik genset itu menjadi contoh nyata; tindakan kecilnya memberi dampak besar bagi banyak orang, seperti sebuah oase di tengah gurun absurditas.
Situasi ini juga mengingatkan pada filosofi Thomas Paine: “The real man smiles in trouble, gathers strength from distress, and grows brave by reflection” — “Orang sejati tersenyum di tengah kesulitan, mengumpulkan kekuatan dari penderitaan, dan menjadi berani melalui refleksi.” Di Nanggroe Breuh Sigupai, listrik bergilir, harga sembako meroket, antrean tak berujung, dan pedagang minyak dadakan menghadirkan ujian nyata bagi karakter masyarakat. Namun di balik absurditas ini, tersimpan potensi membangun kesabaran, solidaritas, dan akal sehat sebagai kekuatan menuntun langkah.
Fenomena ini juga menunjukkan dinamika sosial dan psikologi massa. Seperti kata Malcolm Gladwell, “The tipping point is that magic moment when an idea, trend, or social behavior crosses a threshold, tips, and spreads like wildfire” — “Titik kritis adalah momen magis ketika sebuah ide, tren, atau perilaku sosial melewati ambang batas, tergelincir, dan menyebar dengan cepat bak api liar.” Kepanikan akibat listrik bergilir dan harga sembako melonjak bisa menjadi “tipping point”: mendorong masyarakat untuk saling menolong, atau sebaliknya, semakin terjerat keserakahan dan ego.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan