Nanggroe Breuh Sigupai adalah panggung ironi: hujan tak datang, banjir tak menghampiri, namun ketidakstabilan listrik, sinyal internet tersendat, dan lonjakan harga sembako memicu kepanikan kolektif. Di tengah lampu yang mati menyala, antrean panjang, drama jual beli dadakan, dan aksi pahlawan genset, ketertiban dan akal sehat menjadi komoditas yang lebih langka daripada BBM sendiri.
Seperti kata Maya Angelou, “We may encounter many defeats but we must not be defeated” — “Kita mungkin menghadapi banyak kekalahan, tetapi kita tidak boleh dikalahkan.” Kepanikan ini, meski tampak absurd, menjadi ujian karakter masyarakat: bagaimana tetap menjaga kesabaran, berbagi, dan bekerja sama di tengah absurditas sehari-hari. Solidaritas diuji bukan hanya menghadapi harga melonjak, tetapi juga membangun empati, menahan diri dari keserakahan, dan menegakkan keadilan sosial.
Lebih jauh, ujian terbesar bukan datang dari alam, tapi dari manusia sendiri. Kepanikan, ketakutan, dan keserakahan muncul di ruang kosong yang ditinggalkan ketidakpastian. Lampu bergilir, harga sembako meroket, antrean panjang—semua menguji prinsip keadilan dan kesabaran. Hadits Nabi ﷺ mengingatkan:
“Barangsiapa meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesulitannya di hari kiamat” (HR. Muslim).
Nanggroe Breuh Sigupai membuktikan, tanpa bencana alam pun, manusia mampu menciptakan drama yang tak kalah menegangkan. Ketidakstabilan listrik dan harga sembako melonjak menjadi simbol absurditas modern, di mana kepanikan kolektif lahir dari hal-hal sepele namun menuntut ketahanan karakter.
Rakyat menatap wakil-wakilnya bukan sekadar untuk solusi instan, tapi untuk secercah kepastian. Dalam kekacauan listrik bergilir, harga sembako melonjak, antrean panjang, pedagang minyak dadakan, dan pahlawan genset, masih ada arah yang menuntun langkah: akal sehat, ketertiban, dan kepedulian sosial sebagai kompas menghadapi drama kehidupan modern. Di sinilah letak keindahan satir kehidupan: di balik kepanikan, absurditas, dan harga melonjak, tersimpan ruang bagi kesabaran, solidaritas, dan akal sehat serta nilai-nilai yang sejati dan abadi.***
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan