“Dengan pasukan yang relatif ringan bergerak cukup cepat dari perbatasan untuk mengepung daerah-daerah utama dan bergerak cepat di Kyiv, singkirkan pemerintah, nyatakan diri mereka sebagai pemerintah baru dan itu semua seharusnya dilakukan dalam waktu 72 jam,” tambahnya.
Namun, rencana ini tak berhasil dilakukan karena perlawanan pasukan Ukraina yang gigih.
“Sekarang mereka (Rusia) menggunakan Rencana A, yang mereka tahu bagaimana caranya, yaitu bergerak lebih lambat dengan armada yang lebih berat: armada pengepungan, seperti yang mereka katakan, menuruni lembah Dnieper, untuk mengepung kota-kota besar,” jelas Clarke.
Menurut Clarke, strategi tersebut akan menyulitkan Ukraina karena negara itu harus berusaha mempertahankan kota-kota mereka.
Rusia disebut akan mengepung sejumlah kota besar di Ukraina, salah satu caranya adalah dengan menargetkan sumber energi, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Tanpa listrik dan pemanas, sulit bagi pejuang Ukraina bertahan.
Tak hanya itu, pasukan Ukraina harus bertahan di tengah ancaman stok logistik yang kian menipis. (**)
Sumber: CNN Indonesia