Aceh Tengah Kritis: 21 Warga Meninggal, 23 Hilang dan 9 Kecamatan Masih Terisolir

Aceh Tengah Kritis: 21 Warga Meninggal, 23 Hilang dan 9 Kecamatan Masih Terisolir

Laporan: Redaksi | Editor: Salman
Penampakan dari udara, jembatan di Aceh Tengah putus diterjang banjir. Sehingga menyebabkan bantuan logistik sulit didistribusikan. Foto direkam pada 27 November 2025. (Dok. Mediananggroe)

AGN Logo | TAKENGON – Kabupaten Aceh Tengah dilaporkan mengalami kondisi darurat kritis pasca bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah tersebut sejak 25 hingga 29 November 2025.

Kerusakan infrastruktur yang meluas membuat aktivitas warga lumpuh dan bantuan sulit menjangkau sejumlah titik terdampak.

Berdasarkan data resmi Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah per Sabtu (29/11/2025) pukul 18.00 WIB, sembilan dari 14 kecamatan dilaporkan terisolir total. Kondisi ini mempersulit proses evakuasi maupun pendistribusian bantuan ke daerah-daerah terdampak bencana.

Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, menyebut wilayahnya sedang menghadapi krisis logistik dan darurat kemanusiaan yang sangat mendesak untuk perlu ditangani segera.

“Ini adalah bencana dengan dampak terluas yang pernah kami hadapi. Sembilan kecamatan terputus total dari ibu kota kabupaten,” kata Haili Yoga, dikutip situs resmi Pemkab Aceh Tengah, Minggu (30/11/2025).

Laporan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) menyebutkan sebanyak 21 warga meninggal dunia dan 23 lainnya masih hilang.

“Kami sangat berduka atas 21 jiwa yang meninggal dunia dan 23 orang masih hilang. Total ada 44 korban yang menjadi perhatian utama kami,” sambung dia.

Selain korban jiwa, bencana ini merusak 1.938 unit rumah dan memaksa 6.321 Kepala Keluarga (KK) mengungsi. Kerusakan berat juga terjadi pada lima ruas Jalan Nasional dan 38 jembatan yang kini tidak bisa dilalui, sehingga akses keluar masuk Aceh Tengah lumpuh total.

Dampak lain juga dirasakan pada sektor layanan kesehatan. Jalur air menuju Rumah Sakit Umum Datu Beru, sebagai pusat rujukan utama, terputus total.

Seluruh kecamatan juga dilaporkan mengalami pemutusan akses listrik, telekomunikasi, air bersih, hingga jaringan internet lumpuh total.

Haili Yoga juga menyebutkan bahwa wilayah terisolir yang terdampak bencana kini mengalami kekurangan logistik dan bahan bakar.

“Daerah terisolir kini kekurangan logistik. Ditambah lagi, seluruh stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di kabupaten kami telah habis. Ini sangat menghambat upaya mobilisasi tim penolong,” ungkapnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup