Para Keuchik akhirnya menuju Inspektorat untuk bertemu Fakhruddin, yang saat itu sedang rapat bersama Plt. Sekda Liza Marfandi dengan Tim Inspektorat Provinsi Aceh.
“Setelah rapat selesai, kami langsung bertemu Pak Sekda dan Fakhruddin untuk menanyakan masalah pencairan ADG,” tutur Venny.
Pertemuan tersebut berlangsung tegang. Awalnya, Keuchik-keuchik mempertanyakan kapan ADG akan cair, jawaban Fakhruddin yang hanya menyebut “kapan ada uang.” Jawaban Kepala BPKK ini memicu ketegangan. Situasi hampir memanas hingga nyaris terjadi adu jotos antara salah seorang Keuchik dengan Sekda.
“Beruntung, ketegangan dapat diredakan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, kami tetap sangat kesal karena dari awal seolah-olah masalah ini diulur-ulur tanpa ada kepastian,” imbuh Venny.
Venny juga menjelaskan bahwa ADG, terutama untuk gaji tetap (Siltap) aparatur gampong, baru dicairkan hingga April 2024. Akibatnya, Keuchik mengalami tekanan dari Aparatur Gampong karena gaji mereka untuk bulan Mei hingga Oktober masih ada belum terbayarkan.
“Kami mendesak pemerintah segera mencairkan dana ini. Jika tidak, roda pemerintahan gampong bisa lumpuh total,” ujar Venny dengan nada kesal.
Sementara itu, Kepala BPKK Abdya Fakhrudin saat dikonfirmasi tidak mengangkat handphone, namun hanya membalas pesan singkat WhatsApp dari wartawan.
“Ke pak Sekda aja, etikanya begitu,” jawab Fakruddin singkat. (*)