BLANGPIDIE – Pj Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Darmansah kembali melakukan kunjungan langsung sehari penuh melihat kondisi warga miskin dan dhuafa yang tinggal di rumah tak layak huni (RTLH) di dalam daerah setempat, Kamis (7/9/2023).
Sebelumnya, dua hari lalu, Selasa (5/9), bersama Ketua dan anggota Badan Baitul Mal Abdya, Darmansah juga menghabiskan waktu seharian meninjau sejumlah RTLH yang dihuni masyarakat miskin dan dhuafa di sejumlah gampong di Abdya. Awalnya dimulai dari Kecamatan Blangpidie hingga Kecamatan Lembah Sabil.
Dalam kunjungannya kali ini, Darmansah juga didampingi Ketua Baitul Mal Zulbaili bersama anggota Salman Syarif dan Tgk Syamsul Qamar serta Kepala Sekretariat Baitul Mal Abdya, Iin Supardi yang turun langsung melihat kondisi RTLH di sejumlah gampong, mulai dari Kecamatan Susoh hingga Babahrot.
Pertama, Darmansah berkunjung ke Gampong Durian Rampak, Kecamatan Susoh. Di sana ia dan rombongan bertemu dengan Evi Bariani (43), istri dari Arlan Nazuardi (48), seorang kepala rumah tangga miskin yang memiliki tanggungan 3 orang anak, dua sudah bersekolah. Sehari-hari Arlan berprofesi sebagai buruh harian lepas.
Ia dan keluarganya menghuni rumah sewa tua beratap seng dengan kontruksi papan yang telah mulai melapuk. Sudah lebih 10 tahun keluarga Arlan mendiami rumah tersebut.
Saat kunjungan orang nomor satu di Abdya ini bersama rombongan, Arlan tidak berada di rumah, ia sedang berkerja. Meski demikian, Darmansah disambut Keuchik Durian Rampak Suhaimi dengan segenap perangkat Desa lainnya.
Istri Arlan, Evi sekilas bercerita tentang kondisi kehidupan ekonomi mereka. Ia mengatakan dengan penghasilan suami yang sangat rendah belum mampu membangun rumah layak huni untuk ditempatinya bersama keluarga.
Tak lama kemudian, Darmansah meminta Evi untuk menunjukkan lokasi tanah yang akan direncanakan membangun rumah baru untuk keluarga mereka.
Lokasi tanah berada di Gampong Pawoh, Kecamatan Susoh. Di sana, Darmansah langsung memerintahkan Keuchik untuk mengurus surat menyurat terkait kepemilikan tanah milik Arlan yang nantinya bakal dibangun rumah baru untuk mereka.
Dari Susoh, kemudian Darmansah menuju ke rumah Rohani (69), seorang dhuafa warga Gampong Keude Baroe, Kecamatan Kuala Batee. Kondisi rumah yang ditempati Rohani juga terlihat tak layak huni.
Rohani tinggal bersama satu orang anak yang menjadi satu-satunya penopang ekonomi kehidupan keluarga. Kesehariannya anak Rohani berkerja sebagai buruh serabutan di kebun sawit milik warga. Dengan penghasilan rendah, untuk membahagiakan ibunya sang anak hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja.
Setelah itu, Darmansah kemudian di arahkan oleh seorang warga setempat menuju ke rumah M. Daod (53) warga miskin di Gampong Rumoh Panyang, Kecamatan Kuala Batee yang berkerja serabutan.
M. Daod menempati rumah tak layak huni mirip gubuk berkonstruksi papan yang telah usang di tengah kebun yang berada jauh sekitar lebih kurang 600 meter dari persimpangan jalan aspal desa. Di rumah tersebut, M. Daod tinggal bersama satu orang anak perempuan masih berusia 16 tahun dan satu orang lagi adalah kakak kandungnya.
Bangunan rumah tersebut adalah peninggalan orang tuanya yang sudah lama meninggal dunia. Setelah kedua orang tuanya tiada, rumah tersebut kosong. Sementara Istri M. Daod juga telah meninggal sejak 6 bulan lalu. Sebelumnya ia dan almarhumah istrinya berdomisili di Gampong Kuta Tinggi, Blangpidie.
Pasca meninggal istri, ia kemudian membawa anak remaja dan kakaknya untuk menempati rumah tua tersebut di Gampong Rumoh Panyang, Kuala Batee.
Keuchik Gampong setempat, Surya, mengatakan M. Daod mengalami gangguan mental, tapi bukan stres (gila). Meski demikian, ia masih tau berkerja apapun yang di suruh warga asalkan pekerjaannya halal.
“Jika dari penghasilan buruh serabutan yang ditekuni M. Daod sudah tak mampu lagi membangun rumah baru. Untuk bisa bertahan hidup saja ia masih berharap uluran tangan bantuan dari pemerintah Desa (BLT) dan warga sekitar,” ungkap Surya.
Pj Bupati Darmansah merasa prihatin dengan kondisi kehidupan sehari-hari dan gubuk yang ditempati M. Daod. Tanpa pikir panjang, merasa warganya hidup kesusahan, Darmansah minta Baitul Mal untuk membangun rumah baru untuk keluarga M. Daod.
“Insya Allah layak kita bangun rumah baru untuk keluarga M. Daod,” ucap Darmansah.
Dari Rumoh Panyang, Darmansah dan rombongan bertemu dengan Khairani (45), warga Gampong Alue Padee, Kecamatan Kuala Batee. Khairani sudah dua tahun di tinggal suami lantaran masuk penjara.
Kini, ia dan tiga anaknya mendiami sebuah rumah berkonstruksi papan yang sudah tua dan lapuk, atap seng rumahnya juga terlihat bocor. Di depan rumah berdiri sebuah kios tempat ia dulu berjualan. Sekarang kios tersebut telah kosong, lantaran tak memiliki modal lagi untuk memasuki barang dagangan.
Seharian, Kharani berkerja sebagai buruh serabutan. Apa pun pekerjaan mau ia lakukan asalkan halal demi menghidupi anak-anaknya. Kondisi rumah yang ditempati Khairani juga terlihat tak layak huni.
Tak lama berselang, selanjutnya Darmansah dituntun pihak Baitul Mal menuju ke kediaman Salamin (45), warga miskin di Gampong Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee.
Sehari-hari Salamin berkerja sebagai buruh tani. Ia bersama istri dan anak semata wayang yang masih duduk di bangku sekolah TK menempati rumah panggung berkonstruksi kayu tua yang sudah lapuk. Jika dilihat dari belakang, bangunan dapur milik Salamin telah miring, setengah beton batako mulai retak-retak dan terancam bakal ambruk.
Menurut Keuchik Gampong Krueng Batee, M. Ali, rumah yang ditempati Salamin dan keluarganya itu saat ini adalah satu-satunya yang sangat memprihatikan di Gampong tersebut. Ia berharap pemerintah dapat membantu rumah baru untuk warganya itu.
“Mudah-mudahan dengan kunjungan pak Pj bupati, warga kami ini bisa dibantu rumah baru. Sebab dari penghasilan sehari-hari, Salamin memang sudah tak mampu lagi membuat rumah baru yang layak dihuni,” kata M. Ali.
Usai dari rumah Salamin, Darmansah dan rombongan Baitul Mal melangkah ke rumah Siti Fauziah (37), janda tiga anak di Gampong Kuala Teurubu, Kecamatan Kuala Batee. Ia hanya bisa pasrah tinggal di rumah sewa berkonstruksi papan berbentuk kedai kios yang ia sewa Rp 1 juta/tahun.
Di rumah tersebut, ia tinggal bersama anak-anak yang masih kecil. Dua anaknya masih duduk di bangku SD. Sementara yang bungsu masih berusia 3 tahun. Suami Siti sudah lama meninggal karena sakit. Dulu almarhum suaminya bekerja sebagai penjual ikan keliling dengan menaiki sepeda.
Pasca ditinggal suami, Siti harus rela menjadi Kepala Keluarga berkerja banting tulang demi menghidupi keluarga mereka. Untuk mencari sesuap nasi, selama ini Siti berkerja serabutan. Kini baru satu Minggu, ia membuka usaha kios di rumah sewa yang dia tempati.
Barang-barang di kios tak begitu banyak lantaran modal sangat kecil. Dari penghasilan kios pun juga masih belum mampu mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Apalagi membangun rumah baru.
Saat bertemu langsung dengan Siti yang didampingi anaknya yang masih kecil-kecil, Darmansah merasa prihatin dan menyesakkan dada. Darmansah langsung meminta ditunjukkan lokasi tanah agar dibangun rumah baru.
“Dimana lokasi tanahnya, jika ada surat tanah Insya Allah layak kita bantu rumah baru,” ujarnya.
Di lokasi tanah milik Siti yang berukuran 6×30 meter terlihat sudah ada fondasi bangunan rumah dengan ukuran 5×6 meter. Selain itu, pihak Desa juga telah mengurus surat tanah sertifikat PTSL milik Siti.
Informasi yang dihimpun, bangunan fondasi rumah tersebut terbangun dari hasil jerih payah Siti yang selama ini berkerja serabutan, disamping itu juga dibantu oleh donasi warga secara Swadaya.
Setelah dari Kuala Batee, kemudian Darmansah bersama rombongan menuju ke rumah yang dihuni Sayuti R (51) warga Dusun Serbaguna, Desa Gunung Samarinda, Kecamatan Babahrot. Sayuti bertahan hidup dengan menumpang di rumah dinas sekolah SDN 13 Gunung Samarinda.
Sayuti belum memiliki rumah baru. Pekerjaannya sehari-hari juga buruh serabutan. Ia memiliki 4 tanggungan, satu anaknya masih kecil belum bersekolah, sementara dua anaknya lagi sudah bersekolah. Bangunan aset sekolah yang ia tempati saat ini terlihat juga sudah tak layak huni.
Masih di Kecamatan Babahrot, Darmansah berkunjung ke kediaman Nurul Anita, (42) seorang janda empat anak di Gampong Pantee Rakyat, Babahrot. Nurul tinggal di ruko sewa komplek Pasar Babahrot. Ia membuka usaha jualan kios sejak 3 tahun pasca ditinggal suami karena meninggal.
Pj bupati Darmansah yang didampingi Keuchik Pantee Rakyat, Nyak Ben melihat lokasi tanah rencana pembangunan rumah baru untuk keluarganya. Ukuran tanah milik Nurul 9×30 meter sudah bersurat yang berlokasi masih di Gampong Pantee Rakyat.
Nurul Anita merasa bersyukur atas bantuan rumah tersebut. Ia meneteskan air mata karena terharu dengan kunjungan Pj bupati yang berencana ingin membangun rumah baru untuk keluarganya. Nurul memiliki 4 orang anak, keempatnya perempuan. Suaminya meninggal tahun 2021 saat usia anak bungsunya masih empat bulan.
Darmansah mengatakan, kunjungannya tersebut dalam rangka meninjau kondisi rumah masyarakat miskin dan dhuafa yang tak layak huni. Ia ingin memastikan bantuan yang diberikan tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Bantuan bersumber dari anggaran Zakat dan Infak Baitul Mal Abdya.
“Kita ingin memastikan bantuan yang diberikan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Insya Allah, kita akan terus berupaya membantu masyarakat yang membutuhkan,” kata Darmansah.(*)
Editor: Salman