Pertama, aktivitas monsun Asia yang masih dominan. Kedua, Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia.
Ketiga, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
“Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” imbuhnya.
Dwikorita juga menghimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dalam menghadapi cuaca yang cepat berubah. Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat, sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.
Masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan dan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari/hujan seperti payung, topi, atau jas hujan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menambahkan, potensi terjadinya angin puting beliung juga ikut meningkat saat memasuki pergantian musim. BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada dan senantiasa mengupdate informasi dan Peringatan Dini cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.(*)