Berdasarkan hadis di atas, Nabi Saw melaksanakan Salat sunah qiyamul-lail pada bulan Ramadan dan bulan-bulan lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat.

Pola Salat tersebut terdiri dari empat rakaat, diikuti empat rakaat lagi, dan diakhiri dengan witir tiga rakaat. Dengan demikian, rakaat Salat malam tidak pernah melebihi sebelas rakaat, baik di dalam maupun di luar Ramadan.

Mengutip Hadis yang lain, ‘Aisyah juga mencatat bahwa Rasulullah saw melaksanakan Salat malam antara Isya dan Subuh sebanyak sebelas rakaat.

Nabi mengucapkan salam pada setiap dua rakaat, menciptakan formasi Salat yang terdiri dari sepuluh rakaat, dan diakhiri dengan witir satu rakaat.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ

Dari ‘Aisyah (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw melakukan salat antara Isya dan Subuh sebanyak sebelas rakaat. Beliau mengucapkan salam pada setiap dua rakaat dan melakukan witir dengan satu rakaat [H.R ad-Darimi Nomor 1538].

Salat Witir

Adapun dalil-dalil yang terkait dengan witir adalah sebagai berikut,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

Dari Ibnu Umar (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau bersabda: Jadikanlah akhir salat malam kalian dengan witir [H.R. Muslim nomor 1245].

Dari Ibnu Umar (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau bersabda: Jadikanlah akhir salat malam kalian dengan witir [H.R. Muslim nomor 1245].