Tidak hanya keterampilan, peserta yang berasal dari 12 Kabupaten/Kota itu juga diberikan bimbingan mental, spiritual, dan sosial, dimana sebanyak 80 % mengikuti teori dan praktek, dan 20 % pelajaran umum. Selama pelatihan mereka dibekali 3 model keterampilan barista, yakni pengolahan kopi saring atau barista tradisional, teknik manual brew, dan cara penyajian kopi menggunakan mesin.
“Peserta yang kita terima dari kalangan remaja kurang mampu, bahkan ada dari Simeulue. Dalam proses pelatihannya mereka juga akan magang di cafe atau warkop untuk memperdalam keterampilan, kemudian selesai diklat, setiap peserta juga diberikan sertifikat dan toolkit sebagai modal kerja,” tutur Saifullah.
Kegiatan pembukaan jurusan barista kopi yang berlangsung sejak pukul 11.00 WIB itu turut dihadiri Sekretaris Dinas, Devi Riansyah, A.KS, M.Si, sejumlah Kepala UPTD, Perwakilan Satpol PP, Sub Koordinator, Kasi, Kasubbag, staf dan seluruh peserta binaan.
Prospek Dunia Kerja
Sementara itu secara terpisah, Sarwadi yang juga instruktur barista sekaligus ketua lembaga BCA Aceh mengungkapkan, peluang dunia kerja pada wirausaha kopi saat ini masih sangat menjanjikan. Katanya, Aceh yang dijuluki Negeri 1001 warung kopi, membuka kesempatan bagi para pencari kerja untuk memperdalam cara pengolahan kopi.
Bahkan, sebutnya permintaan tenaga kerja barista hingga kini sudah sampai ke luar negeri. Bersama Barista Coffee Aceh Ia mengaku kewalahan saat diminta pekerja barista asal Aceh.
“Selama ini lulusan pelatihan barista ada yang diminta ke Bogor dan luar Aceh, yang terakhir malah ke Arab Saudi dan Kuwait. Tapi karena kita kekurangan tenaga barista bersertifikat jadinya belum bisa menyanggupi,” ujarnya. (*)