Selain itu, pujian itu juga hadir dari resepsi para pembaca terhadap Buku “Sajak Secangkir Air Mata” diantaranya Dr. Kaswadi, M.Hum yang merupakan Akademisi Sastra Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan pengamat sastra.
“Membaca puisi-puisi Hamdani Mulya, saya diajak berkelana pada berbagai fenomena yang terjadi di Aceh, serta mengenang kembali tokoh-tokoh besar yang berasal dari tanah rencong ini,” kata Dr. Kaswadi.
Menurutnya, Puisi penyair ini mencerminkan karakteristik tersendiri dalam bidang penciptaan puisi. Rupanya, ia memiliki bakat alam dan intelektualisme dalam penciptaan puisi.
Hal senada juga dikomentari oleh Eko Windarto selaku Penyair asal Batu, Malang, ia menyebutkan suara batin penyair Hamdani Mulya, rupanya tergelitik pada kepedihan yang terjadi saat tsunami Aceh.
“Ini bukan sesuatu yang berlebihan. Sebab, tugas penyair adalah memotret dan mengabadikan suatu peristiwa yang merupakan catatan sejarah. Dan sangat tepat sebab hal ini tidak luput dari perhatian Hamdani Mulya,” tuturnya.
Sementara Edi Kuswantono Pencinta dan penulis sastra ikut memberikan penilaian positif, menurutnya puisi-puisi dari Hamdani Mulya menggunakan bahasa keseharian yang mampu menggugah rasa, jiwa untuk merenungkan kembali berbagai peristiwa kehidupan. Di balik kesederhanaan diksi, justru menyembulkan ruang asosiasi pembaca yang makin terbuka lebar.
Adapun menurut Jaka El-masriv selaku Pencinta sastra, puisi-puisi Hamdani Mulya merupakan hasil kontemplasi atas pengalaman puitiknya.
“Rupanya ia juga mampu mencipta puisi prismatik yang pekat atau sublim. Bravo Hamdani Mulya,” pujinya.
Sedangkan M. Shoim Anwar Novelis dan dosen sastra mengatakan, bahwa Hamdani Mulya tidak sekadar pandai mengajar di kelas, melainkan ia mampu memberikan contoh kepada siswa-siswanya tentang cara menulis puisi. Antologi puisi ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa ia sosok guru sekaligus penyair.
Untuk diketahui, sosok Hamdani Mulya lahir di Desa Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara 10 Mei 1979. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Syiah Kuala.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp