Blangpidie, Acehglobal — Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Safaruddin, menyatakan akan menindak tegas agen dan pangkalan gas elpiji 3 kilogram (kg) yang terbukti menjual di atas harga eceran tertinggi (HET) atau menyalurkan tidak sesuai aturan.
“Seminggu terakhir ini saya menerima keluhan dari masyarakat soal penyaluran dan harga gas elpiji 3 Kg di lapangan bermasalah,” ujar Safaruddin kepada wartawan, Jumat (18/7).
Ia menyebut, telah menerima laporan langsung dari masyarakat maupun Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Aceh, Nahrawi Noerdin, terkait dugaan praktik curang oleh agen. Beberapa agen disebut mencoba memainkan harga dan menyalurkan gas tidak tepat sasaran.
“Kalau ketahuan nakal, saya akan minta Pertamina cabut izinnya. Saya ingatkan kepada agen atau pangkalan gas elpiji 3 Kg di Abdya, jangan coba-coba nakal. Kasihan masyarakat di kampung-kampung,” tegasnya.
Selain dugaan penyelewengan harga, Safaruddin juga menyoroti persoalan kelangkaan gas subsidi yang kian meresahkan. Untuk mengatasi hal tersebut, ia akan meningkatkan pengawasan dan berkoordinasi dengan pihak terkait.
Safaruddin turut mengingatkan kalangan menengah ke atas serta Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk tidak menggunakan gas subsidi yang sejatinya diperuntukkan bagi warga miskin dan pelaku usaha mikro.
“Kalau bukan hak kita, jangan diambil. Saya akan minta dinas terkait melakukan pengawasan ketat. Jangan ada yang bermain, kasihan masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Dilansir lensapost.net, kelangkaan dan melonjaknya harga elpiji 3 kg di Abdya telah dikeluhkan warga. Harga gas melon tersebut di lapangan menembus Rp30.000 hingga Rp40.000 per tabung, jauh di atas HET pemerintah yang ditetapkan sebesar Rp22.500.
“Di sini harga juga sama, Rp35 ribu, bahkan kadang Rp40 ribu saat sedang langka. Dulu masih bisa beli Rp20 ribuan, sekarang berat bagi kami masyarakat kecil,” kata seorang ibu rumah tangga di Blangpidie, Kamis (17/7).
Untuk mendapatkan gas subsidi, warga bahkan harus rela mengantre panjang dan berdesak-desakan hingga berkeliling dari satu pangakalan ke pangkalan lain, demi mendapatkan satu tabung elpiji.
Warga lainnya dari Kecamatan Susoh yang enggan disebut namanya juga mengeluhkan praktik serupa. Menurutnya, agen justru kerap menjual gas elpiji seharga Rp25.000 per tabung, bahkan sering tanpa pengembalian jika dibayar Rp25.000, padahal HET resmi adalah Rp22.500.
“Kalau memang dijual Rp25.000, ya pemerintah ubah saja aturannya biar tak terkesan dilanggar,” ujarnya dengan nada kecewa. (*)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp
Tinggalkan Balasan