“Selama saya menjadi anggota dewan, sudah banyak saya bawa pulang (program pembangunan) ke Abdya,” ungkap pria kelahiran Gampong Tangah, Kecamatan Susoh itu.

Ia sadar, membangun Abdya tidak bisa hanya mengandalkan keuangan daerah. Sebab, saban tahun, anggaran Abdya banyak terserap untuk belanja rutin.

“Sementara di provinsi, saya pastikan tidak ada proyeksi untuk membangun Abdya. Selama ini pembangunan di Abdya melalui pokir saya,” tegas Safaruddin.

“Tidak ada pemerintah mengagendakan pembangunan untuk Abdya. Seperti pembangunan jalan Guhang-Cot Mane, misalnya. Padahal itu kewenangan Provinsi,” tambah dia.

Atas dasar itu pula, Safaruddin selalu menyampaikan setiap kampanye politiknya pada Pemilu lalu, agar tokoh-tokoh Abdya banyak yang duduk di parlemen.

“Setiap pemilu saya selalu meminta agar dalam berpolitik tidak boleh musuhan, tapi saling merangkul. Kita harus bersatu. Tujuannya agar banyak putra Abdya yang bisa memperjuangkan nasib Abdya di tingkat provinsi,” tukasnya. (*)