4. Menjauhi Provokasi Politik

Di era digital seperti sekarang, provokasi politik seringkali mudah ditemui di media sosial maupun dalam percakapan sehari-hari. Untuk menjaga hubungan antar sesama tetap harmonis, penting bagi kita untuk menjauhi provokasi politik dan tidak terlibat dalam perdebatan yang tidak konstruktif.

5. Mencari Pemimpin yang Bersatu

Sebagai warga negara yang cerdas, kita memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang mampu menyatukan, bukan memecah belah. Dalam pemilihan kepala daerah, mari berfokus pada calon pemimpin yang memiliki visi misi untuk menyatukan masyarakat, menghargai perbedaan, dan memajukan daerah tanpa memandang perbedaan politik.

6. Mengambil Pelajaran dari Konflik

Setiap konflik dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk masa depan. Dari pengalaman konflik yang terjadi akibat perbedaan pilihan pemimpin, hingga kini masih ada kita temukan saudara-saudara kita yang belum tersambung tali persaudaraannya, lantaran hanya karena berbeda pilihan Gubernur/Bupati pada Pilkada beberapa tahun silam.

Tidak ada faedahnya kita berselisih hanya secuil perbedaan yang akhirnya membuat kita saling gondok-gondokan, putus silaturahmi antara sesama. Sementara, pemimpin yang kita usung mereka bermesraan, bercanda ria, dan bahkan ngopi bersama di balik meriahnya kontestasi demokrasi di negara kita.

Dari hal itu, kita dapat mengambil hikmah dan belajar untuk lebih menghargai perbedaan pendapat, menjaga komunikasi yang terbuka, dan fokus pada persamaan daripada perbedaan.

Dengan menghargai perbedaan pendapat, menjaga komunikasi yang terbuka, fokus pada persamaan, menjauhi provokasi politik, dan memilih pemimpin yang bersatu, kita dapat menjaga hubungan antar sesama tetap harmonis. Konflik adalah bagian dari kehidupan, tetapi bagaimana kita meresponsnya adalah yang menentukan bagaimana kita membangun masa depan yang lebih baik bersama.

Jangan hanya gara-gara perbedaan pilihan pemimpin dalam momentum Pilkada, hubungan silaturahmi dan tali persaudaraan kita putus serta hancur lebur. Sebagai penutup mari kita mengutip dua Surah ini dalam Al Qur’an:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat: 10)

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرً

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. (QS. Al Baqarah: 35).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp