Azwardi mengatakan, pada masa keemasan Aceh Utara dulu pernah dirasakan bersama, namun hari ini katanya telah kandas seiring dengan perjalanan waktu. “Untuk itu, mari kita tingkatkan SDM yang membawa kekayaan intelektual bagi Aceh Utara,” sampainya.

Terkait dengan kegiatan perusahaan Migas selama ini di Aceh Utara, Azwardi berharap bisa memberikan hasil yang positif dan bisa dieksplorasi kembali seperti masa-masa pada tahun 80-an.

“Bagaimana kita harus persiapkan anak-anak kita sebagai generasi masa yang akan datang, jangan sampai ketika industri Migas kembali datang, anak-anak kita malah tidak siap. Kami mengajak ICMI melahirkan program bagaimana menciptakan pembangunan Aceh Utara yang lebih maju,” ujarnya.

Azwardi juga memaparkan realitas dalam masa kepemimpinannya, di antaranya persoalan bidang kesehatan. Di mana saat itu persentase anak yang mengalami stunting mencapai 7,2 persen, akan tetapi saat ini telah berhasil diturunkan sebesar 1 persen, sehingga saat ini angka stunting Aceh Utara tinggal 6,2 persen.

“Kita terus tekan angka stunting, kita harus benar-benar siap dalam membangun generasi emas tanpa kekurangan gizi, ini penting kita lakukan, karena jika tanpa gizi maka akan sia-sia kita tinggalkan generasi ini untuk tampil memajukan daerah,” ungkap Azwardi.

Keadaan hari ini, lanjutnya, bagi anak-anak di perkotaan agak susah untuk diajak makan sayur dan makanan olahan lokal bergizi. Mereka cenderung lebih tertarik memilih makanan instan.

“Ini problema di tingkat keluarga, ditambah lagi dengan persoalan keluarga yang kawin di usia dini, setelah setahun mereka bercerai, padahal pasangan wanita ini sedang hamil, bagaimana bayi yang akan lahir dalam kekurangan gizi,” ungkapnya.