Pasien tersebut mengalami kebutaan akibat keracunan dan menghadapi tekanan sosial dari lingkungannya.

“Ia merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan teman-temannya yang meninggal tepat di depan matanya,” ungkap Dr. Elvine.

Lebih jauh, pasien itu bahkan merasa dirinya pantas menerima hukuman berupa kebutaan atau kematian, sehingga enggan melanjutkan perawatan kesehatan mental.

Berkaca dari kasus-kasus ini tentunya diperlukan pengawasan lebih ketat terhadap produksi dan distribusi alkohol di negara Indonesia.

Selain itu, pemerintah mesti gencar melakukan upaya mengedukasi kesadaran masyarakat tentang bahaya konsumsi alkohol oplosan. Langkah ini sangat penting untuk mengurangi angka keracunan metanol di Indonesia yang terus meningkat setiap tahun. (*)

Sumber: Liputan6

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp