“Jadi baik rukyat atau pun hisab pada dasarnya metodologi untuk menetapkan. Dipilih untuk memudahkan bukan untuk diperselisihkan,” ungkap Ustadz Adi Hidayat.
JAKARTA – Penentuan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal memiliki dua metode yang bisa digunakan, yaitu rukyatul hilal dan hisab, demikian dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat.
Ustad Adi Hidayat atau yang akrab disapa UAH menjelaskan, bahwa metode rukyatul hilal atau melihat hilal merupakan metode yang biasa dipakai pada zaman Nabi Muhammad SAW, termasuk dalam menentukan waktu-waktu ibadah harian seperti shalat.
Metode ini, katanya, sudah menjadi tradisi karena pada zaman Nabi, masyarakatnya umumnya tidak bisa membaca, menulis, dan menghitung secara kompleks.
“Kenapa rukyat? Karena memang pada umumnya di zaman Nabi, masyarakatnya memang tidak bisa membaca, menulis, apalagi menghitung secara kompleks,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Menurutnya, faktor kemudahan menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad SAW memilih metode rukyat melihat hilal, karena pada saat itu belum ada yang mampu melakukan analisis perhitungan astronomis.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Kita adalah umat yang ummi, tidak menulis dan tidak menghitung. Bulan itu demikian dan demikian, yakni suatu kali 29 hari dan suatu 30 hari” (HR. Bukhari).
Namun, Ustaz Adi Hidayat menegaskan bahwa umat Muslim tidak harus mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah SAW apabila sudah menemukan metode yang lebih mudah, yakni metode hisab.
“Jika Anda memang merasakan mudah, silahkan praktikkan karena kami, kata nabi, dulu pada umumnya nggak bisa ngitung. Maka bagi yang mudah untuk itu (hisab) silakan praktikkan. Baik menggunakan hisab ataupun rukyat, prinsipnya adalah merasakan kehadiran Ramadhan,” kata UAH.