Blangpidie, Acehglobal – Ketua Partai Gerindra Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Roni Guswandi, mengecam pernyataan Anggota DPR Aceh, Zamzami, dari Partai NasDem, saat menyampaikan orasi politik pemenangan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Abdya, Salman – Yusran (SARAN), di Gampong Pasar, Kecamatan Blangpidie, Sabtu malam (19/10/2024).
Dalam orasi politik itu Zamzami mengatakan dalam bahasa Aceh _”pemimpin yang sagoe jeh, goh lom meujeuet ka dipeungeut rakyat, nyan na keun lom bahwa sajih nyoe tanggal 20 singoh bungoh ka dilantik Wen Bowo, misal jih, nyan na tuma dijak ancam, apabila macam ikeun, meujak drop kekdah ureung yang dukung pasangan Salman, dipike nanggroe nyoe nanggroe ayah jih”_ (Pimpinan sebelah sana, belum jadi sudah menipu rakyat, ada pula dibilang bahwasanya tanggal 20 besok sudah dilantik wen bowo misalnya, itu ada pula mengancam, mau menangkap yang mendukung pasangan Salman, dipikirnya negeri ini negeri ayahnya), teriak Zamzani dihadapan masa yang menghadiri acara tersebut.
“Sebagai kader Gerindra Abdya, kami mengecam pernyataan Zamzami yang kami nilai kurang adab dalam menyampaiakan orasi. Syogyanya, politisi kita jangan menjadikan panggung kampanye sebagai panggung hujatan,” kata Roni Guswandi, Minggu (20/10/2014).
Harusnya, jelas Ketua Sementara DPRK Abdya itu, mereka manfaatkan kampanye sebagai panggung promosi visi, misi, ide dan gagasan, serta program kerja yang akan di jalankan dalam lima tahun ke depan, sehingga pikiran masyarakat tidak dikotori oleh gaya-gaya politik yang tidak mendidik.
“Ini malah ajang menyerang personal, sehingga masyarakat kehilangan substansi dari tujuan ber-pilkada, hilang nilai-nilai edukasi politiknya. Yang lebih parah (kita sadari atau tidak) kita sedang merancang kehancuran sosial masyarakat kita sendiri yang terbangun dari kebencian dan rasa dendam mendalam. Untuk Zamzami, kami mengingatkan agar saudara lebih bijak dalam menyampaikan orasi,” sebut Abi Roni, sapaan akrab Roni Guswandi.
Ternyata, pernyataan Zamzami dalam orasi politiknya juga menimbulkan kemarahan dari Ketua Partai Gerindra kabupaten Aceh Selatan, Hadi Surya.
Menurut Hadi Surya, panggilan “Wen Bowo” yang disampaikan Zamzami di depan umum adalah suatu panggilan nama yang tidak pantas dia sebutkan, bahkan Zamzami menuduh kader Gerindra mengancam menangkap tim sukses yang mendukung pasangan lain.
“Kami Kader Gerindra dalam berpolitik tidak pernah dan tidak akan mengancam menangkap bagi tim sukses lawan politik,” ungkap Hadi Surya.
Hadi Surya juga mengingatkan Zamzami untuk tidak menggunakan panggilan “Wen Bowo” kepada Presiden Republik Indonesia dan jangan menggunakan penekanan kata _”kon nanggroe Ayah jih”_ dihadapan publik.
“Menurut saya hal itu sikap yang tidak beradab dan kasar dalam berpolitik. Dia akan menerima konsekuensi atas penghinaan, makian dan tuduhan mengancam menangkap tersebut” terang Hadi Surya
Hadi Surya menyebutkan, pernyataan _”kon nanggroe ayah jih”_ terhadap pemimpin sebelah yang dimaksud jelas tertuju terhadap kandidat Safaruddin yang notabanenya ayah beliau sudah almarhum. Ini jelas memancing emosi keluarga dan kerabat dekat Safaruddin, dan relawan pemenangan Safaruddin – Zaman Akli.
“Selain sikap tidak beradab, dia juga menjadi provokator politik pada pilkada Abdya, dengan sengaja memancing emosi keluarga dan kerabat dekat Safaruddin agar tercipta kegaduhan politik,” tambah Hadi Surya.
Hadi Surya menyebutkan, perhelatan pilpres telah berlalu, presiden pun telah dilantik, dan memang dulu Gerindra dan NasDem beda barisan dalam mendukung pasangan presiden.
“Kebencian pilpres jangan diseret ke pilkada sehingga ada panggilan “Wen Bowo dan “_kon nanggroe ayah jih_” dalam kampanye pilkada, ini tidak baik secara etika dan adab, ingat, adab itu lebih tinggi dari pada ilmu,” pungkas Hadi Surya. (*)