“Demikian pula dalam masyarakat Aceh sering terjadi perpecahan, adu domba, fitnah, serta mencari kesalahan orang lain. Hal ini terjadi karena umat Islam mulai meninggalkan Al Quran dan hadits, serta merupakan teladan Rasulullah,” ujar Mulia Rahman.
Sekarang kita dihadapi dengan pemilihan keuchik serentak tahun 2023, khususnya Banda Aceh dan Aceh Besar. Dampaknya sering terjadi prasangka dan adu domba yang berakibat rusaknya ukhuwah Islamiah. Demikian pula pemilu di depan mata, biasanya akan terjadi juga pembusukan, sehingga perpecahan di tengah masyarakat dan keluarga sulit dihindari.
Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.”
“Orang yang melakukan itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu kamu merasa jijik. (QS. Al-Hujurat: 12)
Karena itu,kata Mulia Rahman, untuk memperbaiki kerusakan dalam masyarakat, ikuti sifat nabi shiddiq, tabligh, fathanah, dan amanah. Nabi saw juga menganjurkan bersikap lembut dan menghargai siapapun walau dia seorang Yahudi.
“Jika kita ingin menjadikan Muhammad saw sebagai teladan, ada tiga syarat yang harus dilakukan, pertama, hidup untuk mencari ridha Allah Swt, kedua menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup, dengan tidak melupakan dunia. Ketiga, selalu ingat kepada Allah Swt,” tegasnya.
Allah Swt berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.(Ridha)