AcehGlobalnews.com — Melalui unggahan di Twitter, salah seorang warganet dengan akun LIBRA_12@RezqiWahyu_05 diceritakan bagaimana kronologis insiden berdarah yang terjadi di stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam.

Kerusuhan suporter yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur itu adalah catatan paling kelam dalam kancah dunia sepakbola Indonesia, bahkan di dunia.

Kerusuhan suporter terjadi usai duel sengit antara Arema FC Malang melawan Persebaya Surabaya menewaskan ratusan orang yang mayoritas merupakan penonton yang hadir menyaksikan pertandingan.

Peristiwa yang paling mengerikan dalam catatan sepanjang sejarah sepakbola dunia ini bermula dari kemarahan Aremania setelah Arema FC kalah di kandangnya sendiri dengan skor 2-3 dari Persebaya.

Lantas, bagaimana kronologi insiden ini menurut versi penonton?

Dilansir dari Twitter akun LIBRA_12@RezqiWahyu_05 yang mengaku dirinya adalah suporter Aremania. Saat kerusuhan terjadi, ia mengatakan sedang berada di lapangan.

Simak cerita kronologis yang ditulis dalam akun LIBRA_12@RezqiWahyu_05 berikut dibawah ini:

“Assalamualaikum Sebelumnya saya turut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap korban insiden yang terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya.

Yang kedua syukur Alhamdulillah, saya diberi keselamatan sampai di rumah. Dan bisa menceritakan kronologi versi saya pribadi disini.

Disini saya akan coba menceritakan kronologi insiden yang terjadi di Kanjuruhan 1 Oktober 2022.

Dari awal saya masuk stadion (kondisi pemain sedang pemanasan) semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB. 

Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun. Yang ada hanya supporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya.

Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang.

Babak ke-2 berlanjut dan tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ke-3 Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, tapi tidak ada gol yang tercipta.

Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai supporter menontonnya.

Hingga peluit akhir dibunyikan Arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan.  Disinilah awal mula tragedi dimulai. Setelah peluit di bunyikan, para pemain arema tertunduk lesu dan kecewa.

Pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter.

Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka.

Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum tersebut.

Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain.

Di ikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suppoter yang semakin tidak terkendali. Akhirnya pemain di giring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.

Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.

Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, di pentung dengan tongkat panjang, 1 supporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya.

Tapi saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, supporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif.

Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suppoter yang ada di lapangan. Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.

Yang akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah supporter.

Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung di tembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10.

Para supporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun, mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata.

Banyak ibu-ibu, wanita, orang tua dan anak anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet.

Didalam stadion mereka sesak krna gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah. Sedangkan untuk keluar stadion pun gak bisa karena macet Penuh sesak di pintu keluar. 

Diluar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.

Dan sekitar pukul 22.30 juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan Supporter terhadap aparat yang Dianggap mengurung kita didalam Stadion dengan puluhan gas air mata.

Dan terjadi beberapa tembakan gas air mata kembali diluar stadion. Lebih tepatnya disekitar tribun 2 Kanjuruhan.

Kondisi luar stadion kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita. supporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah. Batu batako, besi dan bambu berterbangan.

Dan selama saya jadi supporter Arema. Saya dikenalkan arema oleh orang tua saya saat tahun 2007 hingga saat ini.

Hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter. Saya masih belum percaya menyaksikan saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini.

Tanpa mengurangi rasa respect saya kepada keluarga korban, Disini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi.

Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini.. Dan semoga kejadian ini adalah yang terahir di semua cabang olahraga & hiburan, khususnya di sepak bola ????,” demikian cerita kronologi tragedi Kanjuruhan tulis dalam akun twitternya @RezqiWahyu_05. (*)