Jakarta, Acehglobal — Janji Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kesejahteraan guru kembali menjadi sorotan. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menilai belum ada kebijakan baru yang benar-benar membawa perubahan bagi para pendidik, terutama dalam hal sertifikasi guru yang antreannya semakin panjang.

Alih-alih menyelesaikan masalah antrean sertifikasi yang menumpuk, pemerintah justru mengurangi kuota peserta dalam program pendidikan profesi guru (PPG). Langkah ini dinilai tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah memperburuk situasi.

“Kalau soal janji presiden meningkatkan kesejahteraan guru, sampai sekarang belum terbukti. Pidato presiden saat Hari Guru itu juga hanya mengulang program lama yang sudah ada sejak era Presiden SBY, dilanjutkan oleh Pak Jokowi, dan kini oleh Pak Prabowo. Apa yang baru dalam kesejahteraan guru? Gak ada,” kata Ubaid, dilansir Suara.com, Sabtu (15/2/2025).

Salah satu masalah utama yang disorot adalah antrean sertifikasi guru yang dianggap semakin tidak masuk akal. Hingga kini, belum ada solusi konkret dari pemerintah untuk mempercepat prosesnya.

“Sebagai contoh, antrean sertifikasi untuk guru madrasah bisa mencapai 53 tahun. Kalau ada guru yang mengajukan sertifikasi sekarang di usia 30 tahun, dia baru bisa dipanggil saat berusia 83 tahun. Ini bahkan lebih lama dari antrean haji dan sangat menyusahkan guru,” kritik Ubaid.

Menurutnya, sertifikasi guru seharusnya memiliki dampak besar terhadap peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru. Namun, tanpa strategi yang jelas dari pemerintah, justru kualitas pendidikan bisa semakin terpuruk.

Buruknya sistem pengelolaan guru juga berdampak pada rendahnya minat generasi muda untuk menjadi pendidik. Ubaid menilai, tanpa perbaikan, dunia pendidikan Indonesia akan menghadapi tantangan besar di masa depan.

“Anak-anak berprestasi enggan menjadi guru. Kualitas menurun, ekosistem pendidikan juga tidak mendukung. Ditambah dengan kesejahteraan yang buruk, akhirnya profesi guru diisi oleh orang-orang yang tidak punya visi dan semangat. Kalau terus begini, kualitas pendidikan kita akan makin terpuruk,” pungkasnya.(*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News