Peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik apabila penugasan yang diberikan guru sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya dan memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri mereka serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai.
Dalam praktik pembelajaran kurang variatif dengan hanya menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok yang monoton dan media papan tulis . Guru hanya berfokus pada mengenjar target pelajaran yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak menyenangkan siswa tidak antusias fasif dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa merasa jenuh dan bosan dengan metode pembelajaran yang kurang bervariatif.
Bahkan tugas yang diberikan oleh guru tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh siswa masih kurang percaya diri dalam penyajian data yang telah diberikan karena merasa takut salah ditertawakan.
Penggunaan variasi modul dalam pembelajaran (VRAN) mampu mengaktiftan peserta didik dalam pembelajaran. Guru dalam melakukan pembelajaran hendaknya tidak terpaku pada satu jenis bentuk modul saja. Tetapi menggunakan bermacam-macam bentuk modul yang mewakili gaya belajar peserta didik. Di internet banyak menyediakan berbagai macam aplikasi yang bisa kita gunakan untuk membuat modul tersebut.
Sebagi contoh guru dapat menggunakan tayangan video di youtube untuk mewakili gaya belajar audio visual, untuk mengaktifkan kemampuan menulis siswa guru memberikan panduan penulisan menggunakan modelling teks. Wakili gaya belajar peserta didik yang suka membaca guru dapat membuat modul bacaan menggunakan gambar-gambar bacaan dengan warna-warna yang menarik, yang semua nya dapat kita akses pada aplikasi word wall, kahoot, class poin dan jenis aplikasi lainnya yang mampu mengaktifkan peserta didik dalam belajar.