Oleh : H Roni Haldi, Lc
Kepala KUA Susoh, Aceh Barat Daya
Idul Fitri adalah puncak dari perjalanan spiritual Ramadhan. Hari kemenangan ini dirayakan dengan suka cita, sebagai tanda kembali kepada fitrah—kesucian jiwa setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsu. Namun, kebahagiaan Idul Fitri tidak seharusnya berhenti pada euforia sesaat. Agar benar-benar bermakna, mari sambut hari raya ini tanpa penyesalan, dengan hati yang lapang dan jiwa yang penuh syukur.
Apa yang Sering Kita Sesali?
1. Ibadah yang Setengah Hati
Kadang, ketika Ramadhan berlalu, kita merasa menyesal karena tidak memanfaatkan bulan mulia ini sebaik mungkin. Puasa kita hanya sekadar menahan lapar dan haus, tarawih kita bolong-bolong, Al-Qur’an tak sempat khatam, dan malam Lailatul Qadar terlewat begitu saja.
2. Sikap yang Tidak Tulus
Dalam hubungan sosial, mungkin ada momen saat kita lupa untuk memaafkan, terlalu keras pada orang lain, atau bahkan menyinggung perasaan mereka. Penyesalan ini biasanya muncul ketika kita menyadari betapa berharganya hubungan yang rusak karena ego.
3. Euforia yang Menggeser Esensi
Tak jarang, fokus kita saat menyambut Idul Fitri lebih banyak pada penampilan dan tradisi, seperti membeli baju baru, menyiapkan hidangan mewah, atau membalas pesan dengan ucapan yang seragam. Hal-hal ini memang baik, tetapi jangan sampai menggeser tujuan sejati Idul Fitri, yaitu kembali kepada Allah dengan hati yang bersih.
Bahagia yang Hakiki
Allah berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97).
Kebahagiaan yang hakiki adalah hasil dari iman dan amal saleh, bukan sekadar dari tradisi duniawi. Idul Fitri sejati dirasakan oleh mereka yang mampu menutup Ramadhan dengan ikhlas, menjalani hari kemenangan dengan penuh syukur, dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama.
Tips Menyambut Idul Fitri Tanpa Penyesalan
1. Tutup Ramadhan dengan Doa
Jangan lewatkan momen menjelang Idul Fitri untuk memanjatkan doa terbaik. Mintalah kepada Allah agar ibadah kita diterima dan hati kita tetap istiqamah setelah Ramadhan. Rasulullah SAW sering mengajarkan doa ini:
“Ya Allah, terimalah (amal ibadah) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
2. Berikan Maaf Sebelum Diminta.
Jadikan Idul Fitri sebagai momen untuk benar-benar melepaskan dendam, sakit hati, atau rasa kecewa terhadap orang lain. Memaafkan tidak hanya membebaskan mereka, tetapi juga membebaskan hati kita dari beban.
3. Sederhana dalam Kebahagiaan
Idul Fitri tidak harus dirayakan dengan kemewahan. Kebahagiaan sejati justru hadir dalam kesederhanaan yang tulus. Rasulullah SAW bersabda: “Kesederhanaan adalah bagian dari iman.” (HR. Abu Dawud).
4. Jangan Tinggalkan Ibadah
Setelah Ramadhan berlalu, jangan biarkan semangat ibadah ikut surut. Jadikan Syawal sebagai bulan awal untuk membangun kebiasaan baik yang bertahan sepanjang tahun. Puasa enam hari di bulan Syawal, misalnya, menjadi salah satu bentuk komitmen yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. “Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).
Idul Fitri adalah hadiah dari Allah, bukan hanya sebagai momen untuk bersuka ria, tetapi juga untuk mengevaluasi diri. Pastikan kita menyambutnya dengan hati yang bersih, penuh syukur, dan tanpa penyesalan. Jadikan hari kemenangan ini sebagai titik balik menuju hidup yang lebih baik—hidup yang dipenuhi keikhlasan, kebahagiaan sejati, dan ketenangan batin yang hanya datang dari kedekatan dengan Allah.
Bahagia tanpa penyesalan bukanlah mustahil. Itu hanya butuh satu hal: hati yang sepenuhnya menyerah kepada-Nya. Selamat Idul Fitri, semoga kemenangan ini menjadi awal dari keberkahan yang abadi.***
Penulis adalah Kepala KUA Susoh dan Ketua PC APRI Kabupaten Aceh Barat Daya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp