Blangpidie, Acehglobal — Pimpinan Daerah (PD) Aisyiyah, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) memperingati Milad ke-108 tahun, dengan mengusung tema “Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Qaryah Thayibah Menuju Ketahanan Nasional”.

Perayaan milad Aisyiyah, atau organisasi perempuan di bawah naungan Muhammadiyah itu, berlangsung di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Abdya, Minggu (15/6/2025).

Ketua PD Aisyiyah Abdya, Rosmaniar, melalui Wakil Ketua I, Rosmani Adam, saat membaca pidato Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah mengatakan, jejak perjalanan sejarah dan ikhtiar panjang dari perempuan tangguh yang memilih berkhidmat bukan hanya untuk rumah tangga, tetapi untuk umat, bangsa, dan peradaban.

“108 tahun bukan sekadar angka, di usia Aisyiyah yang lebih dari satu abad ini, kita dihadapkan dengan tantangan zaman yang semakin kompleks. Krisis iklim, krisis moral, krisis identitas, dan juga krisis pangan. Ketika harga bahan pokok melonjak, lahan pertanian tergerus, dan anak-anak desa berbondong-bondong ke kota,” sebutnya.

Aisyiyah, lanjutnya, salah satu organisasi perempuan di Indonesia hadir untuk memberikan dukungan di segi ketahanan pangan dimulai dari desa yang subur, makmur, yang menjaga alam sebagai amanah, dan menjadikan pangan bukan sekadar urusan perut, tetapi urusan iman.

“Aisyiyah melalui tema ini, ingin mengajak kita semua kembali menengok akar. Bahwa ketahanan pangan bukan dimulai dari supermarket, tapi dari sawah yang dirawat dengan cinta. Bukan dari pasar global, tapi dari halaman rumah dan kebun keluarga,” tuturnya.

Keterlibatan perempuan dalam hal ini, lanjutnya, tentu ada sejarah yang telah membuktikan. Dimana perempuan adalah penjaga kehidupan, di tangan perempuan, benih bukan hanya ditanam, tapi dirawat dan diwariskan.

Di tangan ibu-ibu, makanan bukan hanya sekedar dimasak, tapi dipilih dengan kasih dan tanggung jawab, di tangan perempuan desa, bumi diberi napas untuk terus tumbuh.

“Aisyiyah hari ini, jauh berbeda dengan perkembangan zaman, sebagaimana dulu ketika didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan, memanggil perempuan-perempuan Indonesia untuk bangkit, bersuara, dan berperan aktif sebagai lokomotif ketahanan pangan nasional,” jelasnya.

Langkah kecil dari desa. Kata dia, atau satu kelompok tani perempuan yang berhasil menanam sayur di pekarangan, itu adalah benteng ketahanan nasional. Satu ibu rumah tangga yang memilih bahan makanan lokal untuk keluarganya, itu adalah sikap politik kedaulatan.

Jika satu desa yang mandiri dengan pangan, itu adalah fondasi Indonesia yang kuat dan tahan goncangan. Di usia Aisyiyah yang ke 108 tahun tidak ingin dikenang sebagai organisasi perempuan.

“Kami ingin dikenang sebagai perempuan yang memilih bergerak saat banyak memilih diam.
Perempuan yang tidak menunggu perubahan, tapi menjadi perubahan, perempuan yang tidak hanya berdoa, tapi juga mencangkul tanah, menanam harapan, dan memanen untuk masa depan,” ucapnya.

“Mari kita lanjutkan perjuangan ini dengan penuh rasa cinta, semangat, dipupuk dengan ilmu, dibarengi adab, serta iman dan amal. Aisyiyah adalah cahaya dari desa untuk bangsa,” pungkasnya.

Amatan wartawan, dalam acara memperingati Milad Aisyiyah ke-108 tahun ini, dibuka langsung oleh Ketua DPRK Abdya, Roni Guswandi, dibarengi dengan kajian Islam.

Tidak hanya itu, PD Aisyiyah Abdya juga menggelar lomba ketahanan pangan, seperti menanam serentak, lomba pidato ketahanan pangan, guru bercerita, dan lomba masak UMKM, cabang Aisyiah se-Abdya.

Dalam perayaan dan pembukaan Milad Aisyiyah itu ikut dihadiri seluruh perwakilan Ortom Muhammadiyah Abdya. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp