Dengan kondisi seperti itu negara umat Islam sangat mudah dipecah belah dan diobok-obok oleh musuh-musuh Allah dalam bentuk dan suasana bagaimanapun.

Tgk. Hasanuddin menambahkan, pengalaman beberapa negara mayoritas muslim seperti Indonesia, Mesir, Pakistan, Malaysia, Bangladesh, serta lainnya yang praktik imamahnya dikhotomi antara Islam dengan umum, maka Islam dan ummat Islam mengalami kehancuran, baik secara langsung maupun perlahan.

“Efeknya adalah kita tidak tahu lagi dimana ada negara mayoritas muslim yang berlaku syariat Islam penuh di dunia ini, sulit sekali untuk menjawab yang konkret dan menjadi sampel sebagai konsep dari imamah Islam,” ujarnya.

Tgk. Hasanuddin menjelaskan, urgensi imamah dalam Islam merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang wajib diwujudkan dalam kehidupan muslim dan muslimah di seantero dunia. Sementara praktik dan amalannya wajib diselaraskan dengan amalan Rasulullah saw dan para khulafaurrasyidin, serta para pemimpin Islam di dunia yang relevan dengan kepemimpinan Nabi dan Khulafaurrasyidin.

Karena itu, kata Tgk. Hasanuddin, sudah saatnya umat Islam keluar dari konsep tipuan dunia Barat yang anti Islam bagi kehidupan umat Islam di dunia.

Dunia hari ini sedang menjual konsep demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sementara Islam mempunyai konsep sendiri terkait dengan kehidupan tersebut yang kini telah dikubur dalam-dalam oleh kuasa besar dunia yang menguasai alam raya hari ini.

“Semoga saja ummat Islam sadar dan segera berupaya untuk mempraktikkan konsep kepemimpinan Islam dengan mengabaikan konsep kepemimpinan ala demokrasi,” harap Tgk. Hasanuddin.(*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp