“Memang sekarang rumah masih semi permanen, sebagian sudah pindah ke rumah baru. Tapi ini sementara, sambil menunggu pembangunan selesai,” terangnya.
Lebih lanjut, Sadely mengungkapkan bahwa selama ini jumlah pekerja lokal dari Aceh masih minim, dengan mayoritas diisi oleh tenaga kerja luar daerah, seperti Nias, Sinabang, dan transmigran. Hal ini menurutnya membentuk persepsi bahwa orang Aceh kurang mampu bersaing dalam dunia kerja.
“Ini bukan soal tidak mampu, tapi belum punya peluang bersaing. Maka dari itu, kami ingin membuka ruang lebih luas bagi warga Abdya,” ungkapnya.
Karena itu, Sadely bersama timnya berinisiatif membuka ruang perekrutan khusus dari Abdya untuk membuktikan bahwa warga lokal bisa bersaing di lapangan.
Terkait sistem kerja, kata Sadely, perusahaan menerapkan budaya disiplin tinggi, termasuk apel pagi bersama seluruh karyawan.
“Kalau tidak kerja di kebun, mungkin Subuh pun jarang bangun saya. Itu satu kesempatan bagi saya untuk mengawali pekerjaan dengan mengingat Allah. Tapi di sini, kita mulai hari dengan semangat dan doa,” ujar Sadely.
Terkait kesejahteraan, sebut Sadely, gaji pekerja di SPS-2 mengikuti UMR dan seluruh tenaga kerja langsung di daftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sejak hari pertama.
Bagi yang menunjukkan kinerja baik selama 6 bulan hingga satu tahun, perusahaan menyediakan jalur pengangkatan sebagai Satuan Kerja Upah (SKU) dengan tunjangan tambahan, termasuk beras bulanan, pensiun, dan tunjangan keluarga.
“Rata-rata pemanen kita itu kalau tiap bulan dapat gaji, bawa pulang karung beras dua atau tiga. Kalau sudah menikah atau berkeluarga, mendapat dua karung, sedangkan yang sudah menikah dan memiliki anak menerima tiga karung beras. Fasilitas kesehatan juga kelas satu,” ucapnya.
Sadely menyebut, pemanen yang produktif dapat memperoleh penghasilan hingga Rp12 juta per bulan, meski rata-rata berkisar antara Rp4 juta hingga Rp5 juta.
“Jadi kalau mau nasib kita baik, andalkan tenaga dan skill kita. Namun, kecerdasan dan keterampilan juga di butuhkan dalam bekerja. Kerja keras dan teknik panen yang benar adalah kunci,” ungkap Sadely.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp
Tinggalkan Balasan