“Semoga saja, pada tahun 2027 mendatang akan pulih dari efesiensi ini. Sehingga apa saja yang menjadi prioritas kita itu akan tertampung segera,” tuturnya.
Abi Roni juga mengajak para Keuchik menyampaikan hasil-hasil Musyawarah Rencana Desa (Musrendes) yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Minimal ada yang bisa dijadikan prioritas utama untuk diserap demi kepentingan masyarakat,” sebutnya.
“Aspirasi ini akan kita catat semua untuk menjadi acuan kita dalam pembahasan nanti. Baik pada tahun 2026 hingga tahun-tahun berikutnya,” tambahnya.
Sejumlah warga yang hadir menyampaikan aspirasi dan keluhan terkait infrastruktur dan persoalan desa. Tokoh masyarakat Pante Geulumpang, Bahlian, mengusulkan pembangunan tanggul batu gajah di kawasan Krueng Tangan-Tangan serta jembatan penyebrangan dari Jamboe Weng ke Drien Jaloe.
Dari Blang Padang, warga bernama Mansur menyuarakan persoalan tersumbatnya mulut muara yang menyebabkan banjir di lahan persawahan Desa Padang Kawa dan Blang Padang. Ia juga meminta agar jembatan yang ambruk dibersihkan dari material yang menghalangi aliran air. Ia mengaku persoalan itu sudah beberapa kali diusulkan, namun belum ditangani.
Aspirasi lain datang dari masyarakat yang meminta fasilitasi mediasi batas desa antara Adan dan Bineh Krueng, Kecamatan Tangan-Tangan. Persoalan tersebut dianggap perlu segera diselesaikan agar tidak menghambat pembangunan lokal.
Dalam diskusi yang berkembang, Abi Roni dan peserta reses juga membahas program “Kopi Rakyat” yang digagas oleh Bupati Abdya, Safaruddin. Program itu rencananya akan dijalankan di Kecamatan Tangan-Tangan dan sejumlah wilayah dapil II.
“Tidak terlepas dari itu, kita juga mempertanyakan status kepemilikan lahan apakah masuk hutan adat dan hutan lindung,” katanya. (*)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp
Tinggalkan Balasan