Kuat diduga rusaknya Bendungan tersebut akibat dimakan usia dan pengaruh hutan yang sudah Gundul sehingga debit air di pedalaman geureudong pase tinggi, sehingga menyebabkan arus deras bercampur potongan kayu yang saban hari sering menghantam bagian penting Bendungan peninggalan Belanda.
Bupati Aceh Utara saat itu dijabat oleh Ilyas A Hamid atau sering disapa Tgk. Ilyas Pasee. beliau terpilih pada Pilkada Pertama pasca Konflik 2006, beberapa hari setelah rusak bendungan itu, sang Bupati menggelar rapat dengan Dinas terkait untuk diupayakan dapat di renovasi sehingga masyarakat tidak terkendala dalam bercocok tanam.
Melalui Dinas Sumber Daya Air maka Permohonan pun dilayangkan ke Kementrian terkait di Jakarta, al hasil dalam setahun setelah rusak mampu direhab ringan oleh Ilyas Pasee.
Seiring berjalan waktu Tgk. Ilyas A Hamid mengajukan Proposal ke Pemerintah Pusat untuk dibangun Bendungan baru yang mampu mengaliri air lebih luas capaian area sawah dari bendungan lama. Pembangunan baru dilokasi Lhok Jok Meurah Mulia sekira 1 kilo meter dari Bendungan lama. Proses survei dan penyiapan DED pun berjalan lancar sesuai schedule, selanjutnya pembebasan lahan juga rampung.
Dalam dua tahun kemudian hasrat masyarakat ditampung oleh Kementrian terkait dan pada akhirnya sampailah hingga peletakan batu pertama pada pasca kepemimpinan Ilyas A Hamid yang merupakan kader Partai Aceh kala itu.
Acara seremonial pun dilakukan oleh Bupati baru jelang pilkada 2012 yakni Penjabat Bupati Alibasyah dengan menghadirkan para Kepala SKPK, pihak Balai, unsur Forkopimda, Para Camat, Ulama, Tokoh masyarakat termasuk Imam Mukim dan Penyuluh Pertanian dan Insan Pers.