Jantho, Acehglobal – Al-Kautsar adalah surah dalam Al-Quran yang memberikan solusi bagaimana manusia memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah Swt. Pemanfaatan itu merupakan salah satu makna syukur nikmat.

Karena itu, Al Quran Surat Al Kautsar memberikan penekanan dua aspek dalam kaitannya dengan syukur nikmat, yang pertama, shalat.

Guru Besar pada Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Fauzi Saleh, MA, akan menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jum’at di Masjid Jamik Buengcala Kecamatan Kuta Baro, 14 Juni 2024 bertepatan dengan 7 Dzulhijjah 1445 H.

“Shalat merupakan ibadah yang menjadi pilar utama. Bila shalat seseorang baik maka baiklah seluruh amal ibadahnya. Sebaliknya, bila ia tidak baik maka gagal dan gugurlah amal perbuatan manusia,” ungkapnya.

Karena itu, menurut Prof. Fauzi Saleh, perhatian shalat itu menjadi keutamaan dalam substansi Al Quran dan Sunnah. Ia menjadi indakator keshalehan dan kebaikan seseorang dalam hidupnya.

Perintah shalat disebut berulang-ulang dalam Al Quran. Bahkan dalam kehidupan, shalat diperingatkan paling tidak lima kali sehari dalam bentuk azan.

Dalam kaitannya dengan Al Quran Surat Al-Kautsar, shalat yang dimaksud menurut sebagian ulama adalah shalat Idul Adha yang merupakan rangkaian kegiatan syiar ibadah pada hari itu yang diawali dengan takbir dan seterusnya dan shalat dua raka’at dilanjutkan dengan khutbah.

Syukur nikmat yang kedua, nahr (qurban). Ia adalah ibadah yang amat dicintai oleh Allah pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik.

Secara historis, manusia diuji dengan penyembahan qurban. Untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk menentukan siapa yang berhak menikahi Iqlima, Qabil dan Habil diperintahkan untuk berqurban.

Prof Fauzi menegaskan, ketakwaan itu kemudian menjadi indikator diterima qurban dan itu dimiliki Habil. Nabi Ibrahim diuji dengan qurban dengan menyembelih anaknya. Dengan ketaqwaan pula, Ismail digantikan dengan kibasy sebagai mazbuh (yang disembelih).

“Pada intinya, qurban sebagaimana dasar maknanya adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui penguatan ketakwaan kepada-Nya. Semoga kita semua dapat menyemarakkan kegiatan Idul Adha dengan dua kegiatan yang disebutkan dalam surah Al-Kautsar itu,” urainya.

Pada bagian lain, Prof. Fauzi Saleh menguraikan, mensyukuri nikmat yang tak terbatas jumlahnya adalah satu hal yang esensial dari kehidupan individu, pertama, ni’mat ijad dan kedua, ni’mat imdad.

Nikmat pertama dimakna manusia ini dihadirkan sebelumnya tidak ada. Tidak sewajarnya mengkufuri Pencipta yang telah mengadakan ke alam dunia ini, lalu dihidupkan, dimatikan dan dikembalikan kepada-Nya.

Kedua, nikmat dimana manusia yang hidup ini dicukupkan segala fasilitas kehidupan. Dunia dan segala isinya semata diperuntukkan bagi manusia agar proses ta’abbud dan taqarubnya tidak terkendala.

Manusia berfungsi sebagai abid (menjalani proses ibadah) itu disiapkan segala apapun yang dibutuhkan; nisa’ (kaum hawa sebagai pasangan), banin (anak-anak) dan qanathir (harta melimpah). Itu akumulasi nikmat yang banyak seharusnya selaras dengan pengakuan dan pemanfaatan sesuai kehendak Pemberi.

Menurutnya, manusia, sebagai makhluk dibekali nafsu dan akal sering berseteru di dalam batinnya yang disebutkan dengan kalamun nafsi bagaimana harus bersikap terhadap nikmat yang beragam itu. Tidak sedikit, manusia degan nikmat yang diberikan menghantarkan sebagai makhluk yang lupa diri dan “daratan”.(*)