“Di antara bencana yang dihadapi adalah merebaknya ketakutan dan kelaparan. Konflik yang berkepanjangan yang dihadapi, boleh jadi karena masyarakat yang belum bersyukur sebagaimana mestinya,” tegasnya.
Nurkhalis selanjutnya menjelaskan, bahwa Rasulullah saw merupakan teladan dalam mensyukuri nikmat Allah Swt. Ketika beliau ditanyakan oleh Ummul Mukminin Aisyah, “Untuk apa engkau bersusah payah beribadah, padahal Tuhanmu telah mengampunimu yang telah lalu dan yang akan datang?” Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah aku patut menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur.” Jadi ibadah bagi beliau adalah perwujudan syukur kepada Allah Swt.
Dalam hal ini, urainya, Rasulullah saw juga mengajarkan kepada para sahabat untuk senantiasa memaknai syukur dalam kehidupan. Beliau mengajarkan kepada Muaz bin Jabal untuk membaca doa setelah selesai shalat, yaitu Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatika. Artinya, “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat dan mensyukuri nikmat-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu”. “Tentu anjuran Rasulullah saw juga berlaku bagi kita sebagai umatnya. Sungguh syukur adalah perbuatan yang mulia, menjadi muara bagi setiap nikmat, dan menepis setiap azab,” pungkasnya. (*)
Reporter : Ridha Yunawardi
Simak berita dan artikel lainnya di Google News