Survei WBA Indonesia tersebut juga menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap Pilkada Abdya cukup tinggi. Sebanyak 90,78% partisipan mengetahui adanya pemilihan ini. Namun, 5,97% responden tidak mengetahui hal tersebut, dan 3,25% memilih tidak memberikan tanggapan.

Ketika ditanya kriteria penting dalam memilih pasangan calon, kategori “merakyat” menjadi alasan utama dengan persentase 19,74%.

Hal ini menunjukkan masyarakat Abdya mengutamakan kedekatan dan aksesibilitas calon. Selain itu, faktor “berpendidikan tinggi” (15,45%) dan “berprestasi” (15,19%) juga dinilai penting, menunjukkan masyarakat mengharapkan pemimpin cakap secara intelektual dan memiliki rekam jejak keberhasilan.

Survei WBA Indonesia juga mengangkat sisi gelap politik lokal dengan menunjukkan mayoritas masyarakat menganggap praktik money politic sebagai hal yang umum.

Sebanyak 51,04% responden menyebut money politic sebagai fenomena biasa, bahkan 30,26% lainnya menilainya sangat umum terjadi.

Kombinasi kedua kategori ini menempatkan persepsi publik sekitar 81% responden menilai money politic menjadi bagian dari dinamika Pilkada Abdya.

Selain itu, hampir 70% responden merasa money politic memiliki pengaruh kuat terhadap pilihan pemilih, sementara 25,19% menyatakan praktik tersebut kurang berpengaruh dan 4,68% menganggapnya tidak berpengaruh sama sekali.

Sikap publik terhadap tawaran uang atau barang juga bervariasi. Sebanyak 42,21% responden mengaku akan menerima tawaran namun memilih sesuai hati nurani mereka. Di sisi lain, 31,04% responden menolak tawaran tersebut, sementara 26,75% mengakui akan memilih kandidat yang memberi setelah menerima tawaran.