Mereka yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan patut menginstropeksi diri semasa hidup di dunia dan merasakan beban berat saat perhitungan amal perbuatan di akhirat. Kemudian, mereka mengucapkan firman Allah,
“Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan tercatat semuannya.” (QS Al Kahfi: 49).
Ibnu al Jauzi mengatakan, orang-orang yang cerdik adalah mereka yang menyibukkan diri dengan segala hal yang menyebabkan dirinya dikenang, mesti badannya telah dilipat kubur.
“Dalam sabdanya Rasulullah membagi waktu empat bagian, yaitu waktu bermunajat dengan cara beribadah dengan benar dan ikhlas, kemudian waktu bertafakur yaitu berpikir tentang diri sendiri dan alam semesta, bahwa semua yang diciptakan Allah Swt tidaklah sia-sia dan semua itu dimaksudkan agar mengokohkan ketauhidan kepada Allah Swt,” terang Tgk Akhyar.
Waktu lainnya, tambah Akhyar, untuk bermuhasabah, yaitu agar kita bisa mengontrol diri, sehingga teringat kembali Umar bin Khattab mengatakan hisablah dirimu sebelum kamu dihisab oleh Allah Swt.
“Terakhir adalah waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mencari karunia Allah Swt. Dengan waktu yang kita optimalkan pemanfaatannya, suami bertanggungjawab memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya, begitu juga istri berkewajiban menjaga diri semaksimal mungkin,” pungkasnya. (*)
Penulis : Ridha Yunawardi | Editor : Salman