“Saya juga berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya pada diskusi. Kita perlu tindak lanjut nyata, baik berupa penelitian, pendokumentasian, maupun program-program pelestarian budaya yang melibatkan semua unsur masyarakat,” kata dia.

Zaman Akli menyebutkan, pemerintah Abdya akan mendukung langkah-langkah strategis yang lahir dari forum ini. Sebab, menurutnya, bahwa pembangunan tanpa budaya akan kehilangan rohnya.

Ia juga menyatakan, kebudayaan adalah jiwa dari sebuah peradaban, karena dengan melestarikan budaya berarti sama menjaga identitas, menjaga martabat, sekaligus menjaga persatuan masyarakat.

Karena, kata dia, dalam kaidah Fiqih juga disebutkan bahwa Al-A’dah Muhakkamah, dimana adat dapatkan dijadikan sebagai dasar hukum apabila tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis.

“Adat atau resam merupakan pola hidup dalam masyarakat, maka melalui budaya pula kita bisa menanamkan nilai moral, etika, serta memperkuat karakter generasi muda dan hukum (Islam) untuk meluruskan aspek-aspek dari adat yang menyimpang atau bertabrakan dengan syariat,” jelasnya.

Untuk itu, Zaman Akli mengajak semua peserta yang hadir, baik pemerintah, akademisi, seniman, maupun masyarakat, untuk benar-benar serius mengikuti FGD ini. Sebab, kata dia, kegiatan ini merupakan langkah bersama dalam upaya melakukan percepatan inventarisasi kekayaan budaya yang ada di daerah Abdya.

“Sampaikan gagasan, pengalaman, serta pandangan yang bermanfaat, sehingga hasil diskusi dapat menjadi pijakan kuat bagi langkah kita ke depan,” katanya.

Kegiatan FGD Kebudayaan ini digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Abdya, mengusung tema “Percepatan Inventarisasi Kekayaan Budaya Abdya”.

Turut hadir Kepala Disdikbud Abdya Gusvizarni, Sekretaris Disdikbud Saiful, Kabid Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Safrizal, Ketua Panitia FGD Dasruddin serta peserta FGD Kebudayaan. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp