Jakarta, ACEHGLOBAL – WHO mengungkapkan virus corona varian delta merupakan peringatan kepada dunia untuk menekan laju infeksi virus dengan cepat sebelum bermutasi menjadi varian yang lebih ganas dan buruk.

Hal ini diungkapkan WHO dalam konferesi persnya, Jumat (30/7). Varian yang sangat mudah menular, pertama kali terdeteksi di India, kini telah muncul di 132 negara dan wilayah.

“Delta adalah peringatan, ini adalah peringatan bahwa virus berkembang tetapi juga merupakan seruan untuk bertindak bahwa kita perlu bergerak sekarang sebelum varian yang lebih berbahaya muncul,” kata Emergencies Director WHO Michael dikutip dari AFP.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa sampai saat ini sudah ada empat varian yang mengkhawatirkan sudah muncul, dan akan lebih banyak lagi selama virus tersebut masih terus menyebar.

Tedros mengatakan bahwa rata-rata, infeksi meningkat 80 persen selama empat minggu terakhir di lima dari enam wilayah WHO.

Meskipun Delta telah mengguncang banyak negara, Ryan mengatakan langkah-langkah yang terbukti untuk mengendalikan penularan masih berhasil – terutama menjaga jarak fisik, memakai masker, kebersihan tangan, dan menghindari waktu lama di dalam ruangan di tempat-tempat yang berventilasi buruk dan ramai.

“Cara ini menghentikan varian Delta, terutama ketika Anda menambahkan vaksinasi,” katanya.

“Virusnya semakin bugar, virusnya semakin cepat. Rencana masih berfungsi, tetapi kita perlu menerapkan dan menjalankan rencana permainan jauh lebih efisien dan lebih efektif daripada yang pernah dilakukan sebelumnya.”

WHO ingin setiap negara telah memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasinya pada akhir September; setidaknya 40 persen pada akhir tahun ini, dan 70 persen pada pertengahan 2022.

“Kami masih jauh dari mencapai target itu,” ucapnya.

Dia mengatakan bahwa lebih dari setengah dari 194 negara anggota WHO telah sepenuhnya memvaksinasi 10 persen dari populasi mereka; kurang dari seperempat telah divaksinasi 40 persen; dan hanya tiga negara yang telah memvaksinasi 70 persen.

Sementara itu WHO mengatakan Burundi, Eritrea dan Korea Utara adalah satu-satunya negara anggota yang tersisa yang belum memulai kampanye vaksinasi Covid-19. Tedros.

“Tidak ada solusi ajaib,” kata Ryan.

“Satu-satunya keajaiban yang kita miliki adalah vaksinasi. Masalahnya adalah kita tidak memberikannya secara merata di seluruh dunia dan kita bekerja melawan diri kita sendiri.”