JAKARTA, ACEHGLOBALNEWS.com – Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mencetak rekor baru. Pada perdagangan Rabu (15/10/2025), harga emas Antam naik signifikan sebesar Rp23.000 menjadi Rp2.383.000 per gram.

Kenaikan ini memperpanjang tren penguatan harga emas dalam beberapa pekan terakhir dan memperlihatkan minat tinggi masyarakat terhadap logam mulia di tengah ketidakpastian global.

Sejalan dengan itu, harga buyback atau harga jual kembali emas juga ikut meroket. Antam mencatat harga buyback emas naik Rp23.000 ke posisi Rp2.232.000 per gram.

Harga tersebut berlaku di kantor Antam Pulo Gadung, Jakarta, dan menjadi acuan utama bagi masyarakat yang ingin menjual kembali emas batangan mereka.

Di laman resmi Logam Mulia Antam, beberapa varian emas masih belum tersedia karena tingginya permintaan. Untuk ukuran terkecil 0,5 gram, harga dibanderol Rp1.241.500. Sedangkan emas 5 gram dijual Rp11.690.000, dan ukuran 10 gram menembus Rp23.325.000.

Untuk emas dengan berat 50 gram, harganya mencapai Rp116.295.000. Sementara emas berukuran besar seperti 500 gram dan 1.000 gram masing-masing dijual Rp1.161.820.000 dan Rp2.323.600.000.

Antam juga menjelaskan bahwa saat ini PPN tidak dipungut sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2022. Nilai PPN tidak dihitung dalam total pembelian, sementara bukti potong PPh 22 akan diterbitkan oleh PT Antam Tbk dengan tarif 0,25 persen, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 48 Tahun 2023.

Dengan regulasi ini, transaksi pembelian emas tetap transparan dan mengikuti ketentuan yang berlaku.

Berikut daftar lengkap harga emas Antam per Rabu (15/10/2025):

– 0,5 gram, Rp1.241.500
– 1 gram, Rp2.383.000
– 2 gram, Rp4.706.000
– 3 gram, Rp7.034.000
– 5 gram, Rp11.690.000
– 10 gram, Rp23.325.000
– 25 gram, Rp58.187.000
– 50 gram, Rp116.295.000
– 100 gram, Rp232.512.000
– 250 gram, Rp581.015.000
– 500 gram, Rp1.161.820.000
– 1.000 gram, Rp2.323.600.000

Kenaikan harga emas Antam ini tak lepas dari tren penguatan harga emas dunia. Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga emas global berpotensi menembus level resistensi di kisaran USD 4.080 hingga USD 4.100 per troy ounce.

Ia menyebutkan, meskipun bursa Amerika Serikat dan Jepang sedang libur, harga emas tetap bergerak naik karena tiga faktor utama: ketegangan perdagangan, politik AS yang buntu, dan kondisi geopolitik global yang tidak stabil.

Salah satu faktor pemicu adalah ancaman mantan Presiden AS Donald Trump yang berencana memberlakukan tarif impor 100 persen terhadap produk asal China, termasuk komoditas tanah jarang.

Langkah ini memicu kekhawatiran pasar akan perang dagang baru yang mendorong investor beralih ke aset safe-haven seperti emas. Ketegangan tersebut diperburuk oleh potensi aksi balasan dari China yang bisa mengganggu rantai pasok global.

Selain itu, kondisi politik di Amerika Serikat juga menjadi sorotan. Ibrahim menilai belum adanya kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat soal batas pendanaan pinjaman membuat pasar cemas.

“Partai Demokrat masih kukuh mempertahankan program kesehatan tanpa pemotongan 50 persen,” ujarnya.

Dalam situasi seperti ini, Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk menahan dampak ketidakpastian fiskal.

Sementara itu, ketegangan geopolitik dunia juga menambah tekanan. Meski konflik di Timur Tengah mereda dengan adanya gencatan senjata, situasi di Eropa masih panas.

Ukraina dikabarkan meminta bantuan rudal tambahan dari Prancis untuk menghadapi serangan Rusia. Di sisi lain, dinamika politik di Prancis dan Jepang juga belum stabil.

Perdana Menteri Jepang kini tengah fokus pada legalisasi kripto, kebijakan yang dinilai bertolak belakang dengan sikap Bank of Japan (BOJ) yang masih mempertahankan suku bunga rendah. Kondisi ini membuat indeks dolar melemah dan mendorong harga emas semakin menguat.

Kenaikan harga emas Antam hari ini menjadi cerminan sentimen global yang tengah bergerak ke arah aset lindung nilai.

Bagi masyarakat Indonesia, momentum ini bisa menjadi sinyal untuk meninjau kembali strategi investasi, terutama bagi mereka yang ingin melindungi nilai kekayaan di tengah fluktuasi ekonomi dunia.

Dengan tren penguatan yang terus berlanjut, emas masih menjadi instrumen investasi paling diminati untuk menjaga stabilitas keuangan jangka panjang. (*)

Sumber: Sindonews

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp